Krisis Air Akut Ancam Kehidupan Palestina, Kata UNRWA

Krisis Air Akut Ancam Kehidupan Palestina, Kata UNRWA

GAZA – Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa warga Gaza berada di ambang kematian akibat kehausan, menyusul hancurnya sistem penyediaan air bersih akibat serangan Israel dan pembatasan distribusi bahan bakar sejak Maret 2025.

 

Dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan melalui akun media sosialnya pada Rabu (25/6), UNRWA menyebutkan bahwa hanya 40 persen dari total kapasitas fasilitas produksi air minum yang masih dapat beroperasi di Jalur Gaza. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran akan bencana kemanusiaan yang disebut sebagai “kekeringan yang disebabkan oleh manusia.”

“Ratusan ribu keluarga di Gaza kini berada di ambang maut karena tidak memiliki akses terhadap air bersih. Krisis ini diperparah oleh blokade bahan bakar dan serangan udara yang terus berlangsung,” tulis UNRWA dalam pernyataan tersebut.

Menurut badan tersebut, pasokan air di Gaza kini hanya mencapai setengah dari volume yang tersedia selama masa gencatan senjata sebelumnya, sebelum Israel kembali membatalkannya pada pertengahan Maret. Sejak saat itu, pengiriman bahan bakar ke wilayah tersebut telah dihentikan total selama lebih dari 100 hari.

 

Akibat kekurangan bahan bakar, banyak sumur air tidak lagi beroperasi, sementara sejumlah sumur lainnya berada di wilayah yang tidak dapat diakses karena masih berada dalam zona pertempuran aktif. Selain itu, kerusakan jaringan pipa dan gangguan pada layanan distribusi melalui truk tangki menyebabkan suplai air tidak sampai ke warga.

UNRWA menegaskan kembali seruan untuk gencatan senjata segera guna memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan dan pemulihan infrastruktur vital di Gaza.

 

Sementara itu, data dari kantor media pemerintah Gaza menyebutkan bahwa sejak Oktober 2023, sedikitnya 719 sumur air telah hancur atau tidak dapat difungsikan akibat operasi militer Israel. Kehancuran ini menimbulkan krisis air terburuk dalam sejarah wilayah tersebut.

Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia atas Akses terhadap Air Minum dan Sanitasi, Pedro Arrojo-Agudo, juga menyoroti situasi tersebut. Ia menyebut penghancuran sistem air bersih oleh Israel sebagai “bom sunyi yang mematikan,” mengingat air merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat ditunda.

Sejak penutupan total penyeberangan perbatasan pada awal Maret, warga Gaza juga menghadapi kelangkaan makanan, obat-obatan, dan bantuan medis, yang seluruhnya memperparah situasi kemanusiaan di wilayah yang terkepung tersebut.[]

 

Putri Aulia Maharani

 

 

Internasional