Rusia Harap Gencatan Senjata Iran-Israel Bertahan Lama

Rusia Harap Gencatan Senjata Iran-Israel Bertahan Lama

MOSKOW – Pemerintah Rusia menyatakan harapannya agar gencatan senjata antara Iran dan Israel yang mulai berlaku sejak 24 Juni 2025 dapat bertahan dalam jangka panjang dan tidak diikuti dengan eskalasi lebih lanjut. Hal tersebut disampaikan oleh ajudan Kremlin, Yuri Ushakov, kepada media di Moskow pada Rabu (25/6).

“Konflik ini untuk sementara telah berhenti, dan kami berharap situasi ini akan terus stabil tanpa memicu ketegangan baru,” ujar Ushakov. Ia menambahkan bahwa langkah gencatan senjata ini patut disambut secara positif oleh komunitas internasional.

Pernyataan tersebut muncul di tengah kekhawatiran global terhadap potensi perluasan konflik setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran pada 22 Juni lalu. Tindakan itu dilakukan sebagai tanggapan atas Operasi True Promise 3 yang diluncurkan Teheran untuk membalas serangan militer Israel sebelumnya.

Ushakov mengungkapkan bahwa sejauh ini terdapat perbedaan pandangan mengenai dampak serangan tersebut. Menurutnya, pihak penyerang meyakini bahwa fasilitas Iran mengalami kerusakan signifikan, sementara pihak Iran mengklaim bahwa mereka telah mengantisipasi serangan dan bahwa kerusakan yang terjadi tidak terlalu parah.

Sikap tegas juga disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Vassily Nebenzia. Dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang digelar pada 22 Juni, Nebenzia menuduh Amerika Serikat telah “membuka Kotak Pandora” dengan menyerang Iran, dan memperingatkan bahwa tidak ada yang dapat meramalkan bencana baru yang mungkin muncul akibat tindakan tersebut.

“Rusia mengecam keras tindakan provokatif dan berbahaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran, sebuah negara berdaulat anggota PBB,” tegas Nebenzia.

Gencatan senjata antara Iran dan Israel dikonfirmasi oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada Senin malam (23/6), dan mulai berlaku sehari setelahnya. Gencatan ini diharapkan menjadi langkah awal menuju deeskalasi dan stabilisasi di kawasan Timur Tengah, yang selama ini kerap dilanda ketegangan geopolitik berkepanjangan.[]

Putri Aulia Maharani

Internasional