Dampak Konflik Iran-Israel, Kemenag Siapkan Strategi Damai

Dampak Konflik Iran-Israel, Kemenag Siapkan Strategi Damai

JAKARTA – Meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel tidak hanya menjadi perhatian dunia internasional, tetapi juga mendapat respons serius dari pemerintah Indonesia. Kementerian Agama (Kemenag) menilai konflik tersebut berpotensi berdampak terhadap situasi sosial dan keagamaan di dalam negeri jika tidak ditangani secara bijak.

Wakil Menteri Agama, Muhammad Syafi’i, menyampaikan bahwa pihaknya siap mengambil peran strategis untuk mencegah timbulnya perpecahan atau polarisasi di tengah masyarakat Indonesia yang multikultural. Menurutnya, konflik ini bisa dimaknai sebagai isu keagamaan oleh sebagian kelompok, sehingga berisiko memicu gesekan sosial.

“Isu ini sudah mengarah ke isu agama, dan sasarannya adalah ormas keagamaan, tokoh agama, serta pemuda. Maka Kemenag harus mengambil peran. Kami siap menyiapkan langkah-langkah strategis sesuai tugas dan fungsi kami,” ujar Syafi’i dalam keterangan pers, Jumat (27/06/2025).

Ia juga menyambut baik arahan Presiden RI Prabowo Subianto yang mendorong keterlibatan Kemenag dalam menjaga stabilitas nasional. Presiden melihat bahwa konflik global seperti ini bisa dimanfaatkan oleh kelompok ekstrem untuk menyebarkan paham radikal.

“Masalah ini bisa membangkitkan kelompok-kelompok radikal jika tidak ditangani dengan pendekatan yang tepat,” kata Syafi’i.

Pendekatan yang dimaksud, lanjutnya, bukan represif, melainkan persuasif dan edukatif. Ia menekankan pentingnya deradikalisasi yang bersifat dialogis dan membangun kesadaran, bukan menimbulkan ketakutan.

“Kita perlu hadir untuk mengakomodasi umat dan mendorong narasi kebangsaan yang damai dan inklusif, termasuk di ruang-ruang digital,” tegasnya.

Kemenag berkomitmen memperkuat komunikasi dengan tokoh agama lintas iman, serta mendorong penyebaran pesan-pesan moderasi melalui kanal media sosial dan forum publik. Tujuannya, agar konflik luar negeri tidak menjadi bahan bakar perpecahan di dalam negeri.

Sementara itu, di sisi lain dunia, dampak dari konflik ini terus bergulir. Pemerintah Iran baru-baru ini mengakui bahwa sejumlah fasilitas nuklir mereka mengalami kerusakan akibat serangan Amerika Serikat dan Israel. Pernyataan ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.

“Itu pasti karena (fasilitas nuklir) telah diserang berulang kali,” ujar Baghaei, merujuk pada kerusakan fasilitas nuklir Natanz, Fordo, dan Isfahan.

Serangan besar-besaran yang dilancarkan pada Minggu (22/06/2025) itu melibatkan tujuh pesawat pengebom B-2 dan belasan rudal penembus bunker GBU-57 MOP, masing-masing berbobot 13 ton. Situasi ini menambah ketegangan geopolitik yang bisa berimbas luas, termasuk pada negara-negara yang tidak secara langsung terlibat.

Dalam konteks ini, langkah preventif Kemenag menjadi penting untuk memastikan bahwa masyarakat Indonesia tidak terseret dalam dinamika global yang bersifat sektarian dan dapat merusak tatanan sosial dalam negeri. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Nasional