Respons Prabowo soal Kebijakan Tarif Baru AS

Respons Prabowo soal Kebijakan Tarif Baru AS

JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto secara lugas merespons kebijakan proteksionis terbaru yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang meningkatkan tarif impor dan diprediksi akan berdampak signifikan terhadap industri nasional Indonesia. Dalam wawancara eksklusif bersama enam jurnalis senior di kediamannya di Hambalang, Bogor, Prabowo menyampaikan pandangan kritis sekaligus ajakan untuk kembali menguatkan kemandirian ekonomi bangsa.

“Ini berat, karena industri yang terdampak adalah industri padat karya: tekstil, sepatu, garmen, dan furnitur. Tapi kita tidak boleh menyerah. Kita harus cari jalan keluar, cari pasar baru,” ujar Presiden, menekankan pentingnya keberanian dalam menghadapi perubahan global.

Prabowo mengkritisi ketergantungan panjang Indonesia terhadap sistem ekonomi pasar bebas yang selama ini diadopsi dari model Amerika. “Kita ini murid yang setia dari sistem globalisasi mereka sejak era 60-an. Tapi sekarang, ketika mereka sendiri berubah haluan, kita harus sadar: kita tidak bisa terus-menerus mengandalkan bantuan dari luar. Tidak ada yang akan membantu kita selain diri kita sendiri,” ujarnya penuh penekanan.

Ia pun mengungkap bahwa koordinasi dengan negara-negara sahabat terus dilakukan, termasuk dengan ASEAN dan Amerika Serikat. Pertemuan bilateral dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim sudah dilakukan, dan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dijadwalkan untuk dikirim ke Washington dalam waktu dekat sebagai bagian dari langkah diplomatik.

“Kita akan berdiskusi dan negosiasi. Tapi intinya, kita tidak boleh tergantung pada satu pasar yang nyaman. Pengusaha kita harus punya perencanaan jangka panjang. Kita harus berani menjelajah pasar baru,” tegas Prabowo.

Afrika disebut sebagai wilayah potensial yang kini sedang berkembang pesat dan bisa menjadi target ekspansi dagang Indonesia. Ia mencontohkan keberhasilan Salim Group dalam memasuki pasar Afrika dan memperkenalkan produk seperti Indomie, yang kini menjadi makanan favorit di berbagai negara seperti Nigeria dan Mesir.

“Saya bangga, mereka pikir Indomie itu makanan lokal mereka. Artinya, produk kita bisa diterima dan dicintai. Kita hanya perlu lebih agresif mencari peluang,” ujarnya dengan semangat.

Melalui pernyataan tegas ini, Presiden Prabowo mengajak seluruh elemen bangsa untuk bangkit dari ketergantungan dan mulai membangun kemandirian ekonomi yang sesungguhnya—sebuah seruan yang telah lama ia gaungkan, kini semakin relevan di tengah gejolak ekonomi global.

Nasional