Nyoman Parta Tekankan Pentingnya Penyelidikan Pasca Ledakan Gudang Elpiji Terbanyak sejak Bom Bali

Nyoman Parta Tekankan Pentingnya Penyelidikan Pasca Ledakan Gudang Elpiji Terbanyak sejak Bom Bali

DENPASAR – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), I Nyoman Parta, mendesak Polda Bali untuk menangkap otak pengoplosan di gudang gas elpiji (LPG) yang terbakar di Jalan Cargo Taman I, Denpasar, Minggu (9/6/2024). Sebagaimana dilansir dari Detik Bali, banyak bukti gudang tersebut adalah tempat pengoplosan elpiji. Misalnya jumlah pekerja dan jam kerja yang janggal.

“Meledaknya jam 5 pagi dan bekerja 18 orang. Sudah terang-benderang bahwa itu tempat pengoplosan, tinggal polisi tangkap otak dari pengoplos itu,” ujar Parta saat ditemui di Hiswana Migas Denpasar, Selasa (11/6/2024).

Politikus PDI Perjuangan itu meyakini gudang tersebut adalah tempat pengoplosan dan tidak memiliki izin. Sebab, berdasarkan data, Pertamina hanya mengeluarkan izin untuk agen dan pangkalan saja. “Oleh karena itu pengoplosan ini bukan saja merugikan negara, karena subsidi tidak jatuh kepada rakyat yang membutuhkan tetapi dia juga merusak iklim usaha, agen saja dirugikan kok dengan gas oplosan, apalagi yang punya usaha,” beber Parta.

Dia mengungkapkan ada sejumlah tempat usaha yang masih menggunakan gas tidak resmi atau gas oplosan. “Gimana mau bersaing, gimana mau buat iklim usaha yang sehat kalau hasil tidak resmi,” lanjutnya. “Yang resmi sekitar Rp 195-200 ribu. Oplosan dijual Rp 160 ribu,” imbuh Parta.

Terpisah, salah satu agen resmi elpiji Pertamina dari Badung, Apriyani, mengatakan maraknya tempat pengoplos elpiji ini sangat merugikan agen dan pangkalan elpiji. Sebab, para agen dituntut untuk memenuhi target dalam penjualan gas elpiji secara resmi. Jika target tidak terpenuhi akan dikenai sanksi pemberhentian kerja sama.

“Karena dianggap tidak mampu menjual gas non-PSO, jadi bagaimanapun kami wajib membeli produk di Pertamina,” ujar Apriyani. Apriyani menyebut selisih harga dari agen resmi dengan yang tidak resmi seperti pengoplos sangat tinggi. Apalagi, banyak pengusaha yang mencari harga murah. “Kalau saya marketing ke hotel, restoran, itu (mendapat informasi) kisaran harga sampai Rp 600-850 ribu. Sedangkan di Pertamina itu harga non-PSO 50 kg, itu Rp 952 ribu,” keluhnya.

Dia berharap peristiwa kebakaran gudang elpiji itu menjadi titik balik bagi pihak-pihak berwenang untuk memberantas gudang-gudang elpiji ilegal yang diduga menjadi tempat pengoplosan. “Artinya iklim usaha sehat dan kami juga pengusaha ada target yang harus dicapai,” tandas Apriyani. []

Putri Aulia Maharani

Berita Daerah