SAMARINDA – Banjir di Samarinda bukan isu baru. Sejak lama, ibu Kota Kaltim ini bergulat dengan persoalan ini. Sebagaimana dilansir dari TribunKaltim.co, hampir setiap tahun, banjir menjadi langganan, menerjang pemukiman, mengganggu aktivitas, dan merugikan masyarakat. Ditambah lagi luapan anak Sungai Mahakam atau Sungai Karang Mumus (SKM), sistem drainase yang tak memadai, dan alih fungsi lahan menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap banjir di Samarinda.
Berkat strategi jitu Walikota Samarinda Andi Harun selama tiga tahun terakhir, stigma banjir di Samarinda perlahan memudar. Strategi ini tak hanya membawanya menjadi salah satu pembicara kunci mewakili Indonesia dalam World Water Forum (WWF) 2024 di Bali, tetapi juga menuai pujian dari berbagai pihak. Namun sebelum program berjalan, Andi Harun memastikan bahwa program ini diawali dengan perencanaan matang melalui master plan, setelahnya dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan fisik.
“Memang secara bertahap per segmen, karena kita sesuaikan dengan kemampuan anggaran setiap tahunnya. Perlahan tapi pasti,” ujar Andi Harun. Meski diakuinya tak mudah, lantaran program ini mengemban banyak tahapan yang harus dibenahi, salah satunya adalah menyasar pada kawasan bantaran sungai yang tak lepas dari dampak sosial. “Sebab pemukiman di bantaran sungai itu menyebabkan penyempitan di badan sungai,” ungkap Andi Harun.
Lebih dari sekadar proyek fisik, program pengendalian banjir di Samarinda ini mengedepankan pendekatan humanis. Andi Harun dan timnya turun tangan untuk membangun kesadaran dan sinergi antar elemen masyarakat. “Agar sama-sama memahami bahwa banjir ini masalah kita bersama. Mereka juga secara suka rela tanpa ada satupun yang menolak karena sama-sama dalam perspektif bahwa banjir adalah sebuah kebutuhan kita,” paparnya.
Usai menuntaskan dampak sosial, pembangunan turap pun ia lakukan. Tak sendiri, dirinya menggandeng Badan Wilayah Sungai (BWS) untuk memaksimalkan hasil. “Tapi selain normalisasi sungai, kita juga membenahi drainase. Seperti saat ini yang sedang berjalan dan dikerjakan secara simultan di beberapa titik,” sebut Andi Harun.
Lanjutnya, pembenahan drainase memiliki tantangan tersendiri. Sebab harus melebarkan jalan dan menambah volume ketinggian drainase yang berujung pada soal pembebasan lahan. Sehingga akan bertambah rumit jika tak dilakukan solusi yang inovatif. “Makanya kemudian kita buat drainase di bagian bawah. Agar jalan tetap berfungsi maksimal, drainasenya tetap terbangun,” tuturnya.
Di tengah kemajuan yang telah dicapai, Andi Harun tak lupa untuk memohon doa dari seluruh masyarakat. Ia berharap program pengendalian banjir ini dapat terus berlanjut, mulai dari hulu hingga ke hilirnya. “Semoga terus berlanjut meski masa kepemimpinan saya nanti berakhir,” tutupnya.[]
Putri Aulia Maharani