Baru Dua RS di Jateng Sediakan Layanan Cuci Darah Anak, Menangani 400 Kasus di 2024

Baru Dua RS di Jateng Sediakan Layanan Cuci Darah Anak, Menangani 400 Kasus di 2024

SEMARANG – Belakangan kasus terapi cuci darah atau hemodialisa pada anak menjadi sorotan publik. OMPAS.com ,inas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah menyebut, tindakan medis untuk anak perlu dipisahkan dengan orang dewasa karena anak memiliki kebutuhan dan pelayanan berbeda.

Sebagaimana dilansir Kompas.com, pemprov DKI Diminta Berikan Perhatian Serius dengan Gandeng RS dan Puskesmas Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinkes Jateng, Elhamangto Zuhdan mengatakan, baru ada dua rumah sakit tipe A yang melayani cuci darah khusus anak di Jateng, yakni RS Kariadi di Kota Semarang dan RS Moewardi di Kota Solo.

“Kalau di Jateng memang sama dengan di Jakarta, bahwa layanan cuci darah untuk anak-anak sangat terbatas. Yang kami tahu baru ada di Rumah Sakit Kariadi Semarang dan Rumah Sakit Moewardi Surakarta,” ujar Elham melalui sambungan telepon, Minggu (11/8/2024).

Ada Apa di Balik Mundurnya Airlangga dari Ketum Golkar? Artikel Kompas.id Dia menyebut sebanyak 11-13 pasien telah menjalani terapi cuci darah di RS Moewardi. Sedangkan di RS Kariadi secara kumulatif dari Januari hingga Juli 2024 mencapai 438 kasus tindakan medis.

“Anak yang menjalani cuci darah di Moewardi tidak terlalu besar, hanya 11 sampai 13 anak. Itu pun memang pasien anak-anak yang sesuai indikasi medis, jadi tidak ada peningkatan. Kalau angka kunjungan di Kariadi 438, itu berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDI),” ungkapnya. Menurutnya tren angka hemodialisa di daerah termasuk di Jateng tidak meningkat signifikan.

Angka tersebut terlihat besar karena hanya rumah sakit yang melayani terapi itu sangat terbatas, baik di Jateng maupun di Jakarta. Penyebab anak cuci darah Lebih lanjut, dia mengungkap ada banyak penyebab anak bisa menjalani hemodialisa. Mulai dari kelainan sejak lahir, gaya hidup yang tidak sehat seperti konsumsi minuman kemasan tinggi gula, dan kurang minum air mineral.

“Penyebab kasus gangguan ginjal pada anak biasanya bawaan sejak lahir, ginjal tidak berfungsi maksimal, ada juga penyakit sindrom nefrotik, terkait gaya hidup dan lain-lain sangat sedikit, itu hanya faktor resiko bukan penyebab,” ungkapnya. Kemudian hemodialisa dapat dipicu penyakit lainnya yang merusak atau menyebabkan gagal ginjal, contohnya penyakit auto imun.

“Ada juga penyakit pada ginjal anak contohnya sindrom nefrotik terjadi pembengkakan,” tambahnya. Baca juga: Sejumlah Anak di Jateng Terpaksa Jalani Cuci Darah di RSUP Kariadi, Apa Pemicunya? Kendati demikian, dia meminta agar orangtua tetap menjaga pola hidup anak-anak dan melakukan pencegahan risiko penyakit ginjal anak sejak dini.

“Orang tua biasakan memberikan contoh melakukan gaya hidup sehat. Artinya makan-makanan dengan gizi seimbang, memberikan edukasi pada anak bahwa minum-minuman manis di kemasan, makanan berkemasan yang berkelanjutan itu merupakan gaya hidup tidak sehat,” pungkasnya. []

Putri Aulia Maharani

Berita Daerah Breaking News