DAMAI, KUTAI BARAT – Awalnya, bocah umur 9 tahun, Amelinda Sari yang biasa disapa Amel warga Kutai Barat (Kubar) dilaporkan hilang, 13 hari berselang jasadnya ditemukan. Sebagaimana dilansir dari TribunKaltim, jasad Amel ditemukan di perkebunan karet di dekat rumahnya di Kampung Jengan Danum, Kecamatan Damai, Kabupaten Kubar dalam kondisi tidak utuh.
Jenazah murid kelas 3 SD 002 Jengan Danum Kubar itu ditemukan tanpa ada kaki kiri dan bagian kepala tidak ada rambut. Meski kematian bocah yang biasa disapa Amel ini diwarnai kejanggalan namun keluarga telah menolak jasad anaknya diautopsi. Ayah dan ibu Amel telah menandatangani surat penolakan autopsi kepada Polres Kutai Barat (Kubar).
Namun, Polres Kubar masih terus menyelidiki kasus kematian Amel, bocah kelas 3 SD 002 Jengan Danum, Kecamatan Damai, Kabupaten Kubar. Diketahui, jasad Amel ditemukan di perkebunan karet dalam kondisi tidak utuh, Selasa (13/8/2024) lalu. Sebelumnya, Amel dilaporkan hilang oleh ayahnya, Salfianus Mulyono pada 1 Agustus 2024 lalu.
Dinyatakan hilang, jasad Amel ditemukan sudah dalam kondisi mengenaskan, dengan sebagian organ tubuh yang tidak utuh. Kapolres Kubar AKBP melalui Kasat Reskrim AKP Asriadi, Kamis (15/8/2024) mengatakan, hingga kini pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Selain melakukan olah TKP, dan memintai keterangan beberapa saksi, polisi telah membawa jenazah Amel ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Harapan Insan Sendawar (HIS). Jenazah Amel dimintakan visum di RSUD Harapan Insan Sendawar, Kubar. Hanya saja, lanjutnya, dari hasil visum tidak bisa maksimal mengetahui penyebab kematian korban.
Sehingga diputuskan untuk melakukan langkah berikutnya, yaitu autopsi. Untuk melakukan autopsi, diperlukan izin dari pihak keluarga korban. Polisi memerlukan surat pernyataan dari keluarga terkait setuju atau tidak jenazah dilakukan autopsi. “Untuk soal autopsi, pembiayaan dari Polri. Karena ini bagian dari proses penyelidikan.
Alasan Keluarga Tolak Autopsi
Sempat beredar kabar, keluarga menolak autopsi karena alasan biaya. Namun, AKP Asriadi membantah hal ini. “Kami sudah menjelaskan kepada keluarga, bahwa untuk autopsi seluruh biaya sepenuhnya adalah tanggungan polisi,” kata AKP Asriadi. Meski sudah diberi penjelasan, namun menurut Kasat Reskrim keluarga Amel masih tetap menolak autopsi.
“Keluarga menolak dengan alasan kasihan jenazah. Selain itu juga mengejar supaya bisa segera dikuburkan,” katanya. saat ditemui di Polres Kutai Barat, Kamis (15/8/2024). Menurut AKP Asriadi, polisi tetap melanjutkan penyelidikan terkait kematian Amel meski keluarga menolak jasadnya diautopsi.
Meski tidak dilakukan autopsi, Asriadi menegaskan penyelidikan untuk pencari penyebab kematian korban tetap terus dilakukan. Tentu dengan metode dan strategi lain oleh pihak kepolisian. “Penyelidikan tetap lanjut. Meski keluarga tidak setuju dilakukan autopsi,” imbuhnya.
Kronologi penemuan jenazah
Menurut Jeri, lokasi jasad keponakannnya awalnya diketahui seorang warga yang tengah menyadap karet. Ketika itu, warga yang tengah menyadap karet tersebut hanya melihat celana dan sandal milik korban. Namun tidak melihat jasad Amel.
“Awalnya mereka hanya lihat celana dan sandal Amel dekat Sungai Pesing, daerah itu ada rawa berlumpur.” Setelah menemukan celana dan sandal temuan ini pun diunggah di media sosial. “Setelah itu mereka posting di Facebook. Postingan itu dilihat sama keluarga sekitar jam 12 siang.” “Kemudian ibu dan ayah Amel ini langsung telepon orang yang temukan itu, karena celana dan sandal itu memang milik Amel,” katanya.
Orangtua Amel segera menuju kebun karet tersebut. “Akhirnya mereka pergi sama-sama ke kebun karet,” ungkap Jeri. Sesampainya di lokasi, mereka langsung melakukan pencarian dekat celana dan sandal Amel ditemukan. Jasad bocah malang itu akhirnya ditemukan ibunya sendiri sekitar 40 meter dari titik penemuan pakaian Amel.
“Ibu Amel pas lihat anaknya itu dalam keadaan telungkup di daerah rawa, langsung histeris teriak di situ. Akhirnya kami laporkan ke polisi, baru kita evakuasi bersama petugas BPBD,” kata Jeri.
Kondisi jenazah Amel saat ditemukan dalam kondisi yang tidak utuh. Jasad Amel juga menjadi salah satu kejanggalan yang jadi perhatian. Kondisi jenazah Amel ini saat ditemukan dalam kondisi tidak utuh, kaki kiri korban dari lutut ke bawah tidak ada. Kondisi fisik yang tak wajar itu diungkapkan petugas BPBD Kabupaten Kubar, Seno, yang ikut mengevakuasi jasad Amel.
Menurutnya, saat dievakuasi, tubuh Amel hampir hancur dan tidak ada kaki kiri. “Memang kaki kirinya dari lutut ke bawah tidak ada, apakah dimakan binatang atau apa kita enggak tahu juga. Hanya posisinya tertelungkup di rawa-rawa seperti parit kering begitu,” ujar Seno. Hal yang sama juga disampaikan Jeri, paman Amel.
“Posisi jenazah itu tertelungkup dan kaki kanan seperti terpelintir. Sedangkan kaki kirinya dari lutut ke bawah itu tidak ada, hanya tingggal paha ke atas, cuma ada tulang besarnya aja,” kata Jeri. Kejanggalan dari jasad Amel bukan hanya bagian kaki kiri yang tidak ada. Menurut Jeri, saat ditemukan jasadnya, kepala Amel juga botak dengan rambut hampir tidak ada. “Rambut juga tidak ada, padahal Amel memiliki rambut panjang,” papar Jeri. []
Putri Aulia Maharani