Pemkot Denpasar Tambah Enam Mesin Gibrig pada 2025 untuk Selesaikan Masalah Sampah dari Hulu

Pemkot Denpasar Tambah Enam Mesin Gibrig pada 2025 untuk Selesaikan Masalah Sampah dari Hulu

DENPASAR – Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar terus berupaya untuk menyelesaikan sampah di kota, khususnya dari hulu. Dimulai dari hal sederhana, warga kota diwajibkan melakukan pemilahan sampah sesuai jenis dan membuang sampah sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Sebagaiamana dilansir dari Radarbali.di, hal ini sesuai amanat dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar No 8 Tahun 2023. Pihak swakelola yang mengangkut sampah di masing-masing rumah pun ditegaskan untuk tidak mengangkut jika sampahnya dalam keadaan tidak terpilah.

”Kami ingin mengedukasi masyarakat, karena kami melihat sekarang di TPS3R sudah siapkan pengaturannya, mesinnya, mana sampah yang sudah dipilah, mana yang plastik, organik, dan yang akan menjadi residu,” kata Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara ketika ditemui di Lapangan Lumintang, Denpasar, Sabtu 17 Agustus 2024 . Residu akan diarahkan ke insinerator, sementara sampah plastik akan dilakukan kerja sama dengan bank-bank sampah. ”Yang menjadi organik ini akan kami kerjakan di mesin gibrig. Mudah-mudahan dengan pola seperti ini, kami bisa mempercepat, memperbanyak kualitas yang bisa dikerjakan di hulu,” sambungnya.

Pasalnya, sampai saat ini penyelesaian sampah di hilirnya masih dalam proses pembenahan. Sehingga Pemkot Denpasar ingin mengedukasi masyarakat agar seminimal mungkin mengeluarkan sampah ke hilir, serta sampah yang dihasilkan sudah bisa terpilah dengan rapi.

Edukasi tersebut dilakukan secara perlahan-lahan seiring dengan adanya tantangan dari perilaku serta kesadaran masyarakat Kota Denpasar akan pemilahan sampah. Di sisi lain, Pemkot akan terus menyiapkan layanan yang maksimal. Termasuk dengan melakukan penambahan mesin gibrig di TPS3R Kota Denpasar yang semula berjumlah 17 buah.

”Di 2025 kami akan sesuaikan dulu dengan 23 (TPS3R, red). Lagi enam (yang kurang mesin gibrig, red) itu kami tambah. (Anggaran, red) tidak banyak sekitar Rp300 jutaan per satu mesin. (Total, red) Rp1,8 miliar,” kata Jaya Negara.

Hanya saja perlu dipertimbangkan juga dari sisi operasional mesin gibrig ini. Seperti halnya listrik dan tenaga kerjanya. Selain mesin gibrig, permasalahan sampah juga sudah ditangani dengan dengan inovasi teba modern, bank sampah, hingga edukasi pemilahan sampah dengan menggunakan sistem online untuk residu dari Malu Dong. ”Artinya teba modern, bank sampah, gibrig hadir di hulu. Kami harapkan minimal 30 persen sampah sudah selesai di hulu,” ujarnya. []

Putri Aulia Maharani

Berita Daerah Breaking News