Arab Saudi–Yordania Dilanda Badai Debu dan Hujan

Arab Saudi–Yordania Dilanda Badai Debu dan Hujan

PETRA — Badai debu disertai hujan deras dan angin kencang melanda sejumlah negara Timur Tengah, termasuk Yordania, Arab Saudi, dan Kuwait. Cuaca ekstrem ini memicu serangkaian bencana, mulai dari banjir bandang hingga gangguan transportasi udara dan laut.

Di Yordania, sistem badai memicu kondisi cuaca yang tidak stabil dan berbahaya di berbagai wilayah. Hujan deras disertai badai dan debu menyebabkan visibilitas menurun drastis. Di wilayah dataran rendah, termasuk kawasan wisata Petra, terjadi banjir bandang yang memaksa otoritas mengevakuasi ratusan wisatawan.

Pihak berwenang di ketiga negara telah mengeluarkan red alerts dan memperingatkan ketidakstabilan cuaca lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang, Selasa (06/05/2025).

“Keselamatan adalah prioritas utama kami,” ujar Yazan Mahadin, Komisaris Taman Arkeologi Petra. Ia menyebut, lebih dari 1.700 pengunjung berhasil dievakuasi pada Minggu (04/05/2025), setelah air bah menggenangi situs-situs penting seperti Al Khazneh, Siq, dan Biara. Penjualan tiket dihentikan sejak tengah hari.

Namun, tragedi tak dapat dihindarkan. Seorang wanita asal Belgia dan putranya dilaporkan meninggal dunia saat mengikuti tur petualangan di Wadi Al Nakhil dekat Ma’an. Dua anak lainnya berhasil diselamatkan. Tim penyelamat masih berupaya menemukan korban lain yang kemungkinan hilang di wilayah Tafileh dan Al Hasa.

Sementara itu, di Arab Saudi, fenomena langka berupa haboob—dinding debu yang terbentuk akibat aliran udara turun dari awan cumulonimbus—menerjang wilayah Al Qassim. “Fenomena ini dapat mencapai ketinggian 2.000 meter dan kecepatan angin hingga 100 km/jam,” jelas Abdullah Al Misnad, mantan profesor meteorologi Universitas Qassim.

Langit berubah oranye, dan sinar matahari tertutup sepenuhnya. Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi mengeluarkan peringatan merah untuk lima wilayah termasuk Riyadh dan Provinsi Timur, memperingatkan potensi badai debu berkelanjutan, hujan es, dan banjir.

Di Kuwait, badai debu tebal dan angin kencang menyebabkan jarak pandang hampir nol. Otoritas menghentikan operasi di dua pelabuhan utama serta membatalkan beberapa penerbangan. “Kami sedang berada dalam masa Sarayat, periode cuaca transisi yang tidak stabil,” jelas Dharar Al Ali, Plt Direktur Meteorologi Kuwait.

Masyarakat diimbau untuk menghindari perjalanan jauh, tetap berada di dalam ruangan, dan mematuhi instruksi keselamatan dari otoritas setempat. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews