PEMALANG – Kabar duka datang dari dunia politik dan pesantren. Anggota DPR RI sekaligus tokoh muda Nahdlatul Ulama, Alamudin Dimyati Rois, atau akrab disapa Gus Alam, meninggal dunia pada Selasa (06/05/2025) pagi, setelah beberapa hari menjalani perawatan intensif akibat kecelakaan lalu lintas di Tol Pemalang, Jawa Tengah.
Informasi wafatnya Gus Alam menyebar melalui pesan berantai yang beredar di sejumlah grup WhatsApp. “Innalillahi wainna ilaihirojiun. Gus Alam sowan wonten ngarso dalem ALLAH pukul 05.40 WIB. Nyuwun dipun ngapunten sedanten salah hilaf ipun, nyuwun pandonganipun mugio pinaringan husnul khotimah,” demikian isi pesan tersebut.
Kecelakaan yang menimpa Gus Alam terjadi pada Jumat (02/05/2025). Kendaraan yang ditumpanginya, sebuah Toyota Innova, dilaporkan menabrak bagian belakang truk Fuso di ruas Tol Pemalang. Dalam insiden tersebut, dua orang asisten beliau meninggal di tempat, sementara Gus Alam mengalami luka berat dan sempat dirawat di rumah sakit.
Gus Alam dikenal sebagai sosok yang bersahaja dan aktif dalam kegiatan sosial keagamaan. Ia merupakan putra ulama terkemuka, KH Dimyati Rois, pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadllu Wal Fadhilah di Kendal, Jawa Tengah.
Di dunia politik, Gus Alam merupakan kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI selama beberapa periode, yaitu pada 2009–2014, 2014–2019, dan 2019–2024. Di DPR, ia bertugas di Komisi VIII yang membidangi urusan Kementerian Agama, Kementerian Sosial, serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Selain aktif di parlemen, Gus Alam juga dikenal sebagai pendidik. Pada 2017, ia mendirikan sekaligus menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadllu Wal Fadhilah 2. Pesantren ini menjadi wadah pendidikan agama dan sosial bagi generasi muda di bawah asuhan langsung dirinya.
Almarhum merupakan alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang. Ia juga pernah menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah serta sekolah Pelita Mandiri pada awal tahun 2000-an.
Kepergian Gus Alam menjadi kehilangan besar bagi keluarga besar pesantren, partai, serta masyarakat yang mengenalnya sebagai tokoh muda dengan dedikasi tinggi terhadap agama dan bangsa. []
Diyan Febriana Citra.