LUMAJANG – Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkanik aktif dengan meletusnya kolom abu setinggi 1.000 meter pada Senin pagi (19/05/2025) pukul 05.32 WIB. Informasi ini disampaikan oleh Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru yang berlokasi di Gunung Sawur.
Petugas PPGA Semeru, Liswanto, dalam keterangannya menyebutkan bahwa kolom abu yang muncul dari letusan ini memiliki intensitas tebal dan mengarah ke wilayah barat atau ke arah Kabupaten Malang.
“Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 19 Mei 2025 pukul 05.32 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 1.000 meter di atas puncak,” tulis Liswanto dalam laporan tertulis yang diterima Jumat (16/05/2025).
Selang sekitar satu jam kemudian, PPGA Semeru kembali melaporkan adanya erupsi kedua pada pukul 06.50 WIB. Kali ini, tinggi kolom letusan terpantau sekitar 500 meter di atas kawah Jonggring Saloko.
Sepanjang hari sebelumnya, Minggu (18/05/2025), aktivitas erupsi terpantau cukup intens. PPGA Semeru mencatat setidaknya terjadi 46 kali letusan dalam kurun waktu 24 jam, mulai pukul 00.00 hingga 24.00 WIB.
Menyikapi kondisi ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, menyatakan bahwa status Gunung Semeru saat ini masih berada pada Level II (Waspada).
Ia meminta warga untuk tidak melakukan aktivitas di sektor tenggara, khususnya di sepanjang aliran Besuk Kobokan dalam radius 8 kilometer dari puncak. Di luar zona tersebut, aktivitas masyarakat juga dilarang dalam jarak 500 meter dari tepi sungai karena risiko perluasan awan panas guguran dan potensi aliran lahar yang bisa mencapai hingga 13 kilometer.
“Waspada terhadap potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru,” imbau Yudhi.
Cuaca yang kerap diguyur hujan deras di sekitar kawasan Gunung Semeru juga meningkatkan risiko terjadinya banjir lahar dingin. Masyarakat diharapkan terus memantau perkembangan informasi resmi dari otoritas kebencanaan dan tidak mempercayai kabar yang tidak terverifikasi. []
Diyan Febriana Citra.