SAMARINDA – Festival Budaya Kampung Ketupat 2025 resmi ditutup pada Minggu (18/5/2025) sore di kawasan Samarinda Seberang. Meski sempat diguyur hujan, semangat warga dan pengunjung tak surut mengikuti rangkaian penutupan acara tahunan tersebut.
Ribuan warga memadati empat rukun tetangga (RT 12, 14, 20, dan 21) yang menjadi pusat pelaksanaan festival. Lapak-lapak makanan dipadati pengunjung, sebagian besar menyajikan hidangan khas ketupat yang diracik oleh ibu-ibu dari 26 dasawisma. Hidangan kuah santan dan bumbu merah menjadi favorit yang menggoda selera. Semua makanan yang disediakan dibagikan secara cuma-cuma.
Puncak perayaan ditandai dengan kegiatan makan ketupat bersama sepanjang 1,5 kilometer. Sebanyak 2.500 porsi ketupat disiapkan panitia dan habis disantap warga yang telah rela antre meskipun dalam kondisi basah kuyup akibat hujan. “Kami ingin menjadikan Kampung Ketupat sebagai destinasi wisata yang masuk dalam daftar ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia),” ujar Pak Aziz, salah satu tokoh masyarakat setempat.
Selama tiga hari penyelenggaraan, sejak 16 Mei, festival ini dimeriahkan dengan beragam perlombaan seperti tari daerah, lomba masak, fotografi, anyaman ketupat, hingga sayembara desain logo. Pada malam penutupan, Wali Kota Samarinda, Andi Harun, bersama Wakil Wali Kota Saefuddin Zuhri, hadir untuk menutup secara resmi kegiatan tersebut.
Menariknya, Andi Harun secara simbolis memotong ketupat raksasa berukuran 1,5 meter untuk dibagikan kepada masyarakat. Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa kawasan ini mulai menarik perhatian wisatawan dari luar daerah. “Ini harus terus kita dorong sebagai potensi unggulan wisata lokal,” katanya.
Kampung Ketupat, yang terletak di Kelurahan Masjid, dikenal sebagai salah satu kawasan awal peradaban di Samarinda. Wilayah ini dulunya didominasi oleh masyarakat Bugis yang tinggal di tepian Sungai Mahakam. Hingga kini, kearifan lokal seperti kemampuan menganyam ketupat masih tetap terpelihara.
Berdiri sejak 2011 dan mulai berkembang signifikan pada 2017, Kampung Ketupat telah menjadi destinasi budaya yang menjanjikan di ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Dekat dengan Kampung Tenun dan Masjid Shiratal Mustaqiem, lokasi ini dinilai strategis untuk dijadikan rute wisata tematik.
Panitia berencana menambah panjang tradisi makan ketupat bersama menjadi dua kilometer pada perhelatan tahun depan, lengkap dengan ketupat berukuran dua meter. Antusiasme masyarakat serta dukungan pemerintah kota menjadi modal kuat bagi keberlanjutan Festival Kampung Ketupat sebagai agenda budaya unggulan Samarinda.[]
Putri Aulia Maharani