YOGYAKARTA — Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Ova Emilia, akhirnya menemui langsung para mahasiswa yang selama sepekan terakhir menggelar aksi unjuk rasa dengan mendirikan tenda di halaman Balairung kampus. Pertemuan yang berlangsung pada Rabu (21/05/2025) sore itu menjadi momentum penting dalam upaya membangun komunikasi antara mahasiswa dan pihak rektorat.
Sekitar pukul 15.58 WIB, Prof. Ova datang bersama jajaran pimpinan universitas dan langsung disambut oleh mahasiswa yang tergabung dalam aksi. Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa menyampaikan sembilan tuntutan utama yang menjadi dasar aksi mereka. Proses penyampaian aspirasi berlangsung dalam suasana yang cukup dinamis, diwarnai perdebatan antara mahasiswa dan pejabat kampus.
Usai azan magrib berkumandang, Rektor UGM undur diri dari lokasi untuk menunaikan ibadah salat. Namun sejumlah mahasiswa mencoba mengejar mobil rektorat, meminta agar dialog tetap dilanjutkan.
Sekretaris Universitas Gadjah Mada, Andi Sandi, menyampaikan bahwa seluruh tuntutan mahasiswa telah didengarkan dan ditanggapi sesuai jalur akademik. Ia menegaskan, “Kami dari universitas menanggapi semua aspirasi mahasiswa dengan baik. Dialog berjalan cukup lancar meskipun ada sedikit dinamika.”
Andi menambahkan bahwa waktu dialog yang diberikan pun cukup panjang. Diskusi dimulai sekitar pukul 15.40 WIB dan berlangsung hingga usai waktu magrib, melebihi batas waktu yang awalnya dijadwalkan.
“Sebenarnya durasi yang kami siapkan hanya sekitar satu hingga satu setengah jam. Tapi kami beri kelonggaran,” ujarnya.
Salah satu poin penting yang disuarakan mahasiswa adalah desakan agar pihak rektorat menyatakan mosi tidak percaya terhadap lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, yang menurut mereka telah mengabaikan kepentingan rakyat.
Namun, menurut Andi, sebagai institusi pendidikan, UGM memiliki prinsip netralitas dan menjunjung nilai-nilai akademis dalam menyikapi isu-isu nasional.
“Pernyataan mosi tidak percaya menurut kami kurang tepat untuk disampaikan oleh lembaga pendidikan. Tapi sikap kritis tetap kami jaga,” tegasnya.
Hingga berita ini ditulis, mahasiswa masih bertahan di kawasan Balairung. Mereka menyatakan akan terus menunggu tanggapan konkret dari pihak kampus atas tuntutan yang telah disampaikan. []
Diyan Febriana Citra.