YOGYAKARTA – Malam 1 Suro dikenal sebagai momen sakral dalam budaya Jawa. Tahun 2025, malam yang identik dengan tradisi spiritual dan kontemplasi ini akan jatuh pada Minggu malam, 29 Juni 2025, bertepatan dengan 1 Muharam 1447 Hijriah, yang juga menandai awal bulan Suro dalam kalender Jawa.
Bulan Suro merupakan bulan pertama dalam kalender Jawa dan memiliki makna spiritual yang dalam. Dalam tradisi masyarakat Jawa, bulan ini diisi dengan kegiatan tirakatan dan ritual khusus untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Malam 1 Suro diyakini sebagai saat di mana dunia fisik dan gaib saling bersinggungan, sehingga kerap dimaknai sebagai malam penuh perenungan.
Di beberapa daerah seperti Yogyakarta dan Solo, malam ini dirayakan dengan tradisi Tapa Bisu Mubeng Beteng, yakni berjalan mengelilingi kompleks keraton tanpa berbicara, sebagai simbol introspeksi dan pengendalian diri.
Selain itu, bulan Suro juga dianggap sebagai waktu untuk melakukan penyucian batin dan memperbaiki hubungan sosial. Karena kesakralannya, masyarakat Jawa dianjurkan untuk menghindari pesta, pernikahan, atau acara besar lainnya selama bulan ini, guna menjauhkan diri dari kesialan dan musibah.
Bulan Suro juga memiliki dimensi historis, karena bertepatan dengan peringatan peristiwa tragis di Karbala, yaitu gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali, pada 10 Muharam. Hal ini memperkuat pandangan bahwa Suro adalah bulan berkabung dan penghormatan, bukan perayaan.
Masyarakat Jawa juga mempercayai sejumlah pantangan selama bulan Suro, seperti tidak memotong kuku dan rambut, serta tidak keluar rumah pada malam 1 Suro untuk menghindari gangguan gaib.
Dengan demikian, masyarakat diimbau untuk menyambut malam 1 Suro 2025 dengan khusyuk, penuh rasa hormat, dan menjaga nilai-nilai tradisi serta spiritualitas yang telah diwariskan secara turun-temurun.[]
Putri Aulia Maharani