KULON PROGO — Sepasang suami istri lanjut usia, Giyanto (65) dan Kemi (60), tampak bergelut dengan bongkahan batu besar yang memenuhi aliran Air Terjun Kembang Soka, Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka berupaya memulihkan kondisi kolam alami yang selama ini menjadi daya tarik utama wisatawan untuk berenang dan menyelam.
Sudah dua pekan berlalu sejak longsor besar melanda kawasan tersebut. Namun, dampaknya masih terasa. Pasangan tersebut terus bekerja tanpa kenal lelah, memindahkan batu-batu besar dari aliran deras demi mengembalikan fungsi kolam.
“Rekoso, kesel (susah, capek), Mas,” ucap Giyanto, Minggu (25/05/2025), saat tengah mengangkat batu ke tepi kolam. Ia mengaku sudah kehabisan tenaga menjelang siang hari.
Kejadian longsor bermula saat hujan deras mengguyur wilayah itu sekitar pukul 03.00 WIB, dua pekan lalu. Giyanto terbangun oleh suara gemuruh. Pagi harinya, ia mendapati kawasan wisata yang selama ini menjadi sumber penghidupan keluarganya dalam kondisi porak-poranda. Kolam utama tertimbun bongkahan batu putih dan merah. Tebing setinggi lebih dari 50 meter longsor, meninggalkan kerusakan parah.
“Hancur semua. Susah, Mas. Longsor dari atas, menutupi kolam dengan pasir dan batu. Tonggak kayu (lebih besar dari kepala kerbau) nutup jeglik (menutup pintu air),” jelasnya.
Giyanto dan Kemi memiliki lahan seluas sekitar 4.000 meter persegi yang mencakup bagian dari kawasan wisata. Meskipun beberapa infrastruktur seperti tanggul kolam, jembatan kayu, dan pintu air masih bertahan, namun proses normalisasi belum bisa dilakukan sepenuhnya. Obyek wisata pun sementara ditutup.
Bersama ketiga anak mereka, pasangan ini memilih bergotong royong membersihkan area demi mencegah longsor susulan yang bisa mengancam warung keluarga.
“Kalau dibiarkan kan kasihan. Karena sudah dikasih ke anak, jadi kasihan. Ini tanah sendiri. Dulunya memang kebun pohon biasa, sedangkan air terjun dan sungai sudah ada,” ujar Kemi.
Dulu, Kembang Soka menjadi sumber ekonomi warga tiga RT. Warga menikmati hasil bagi hasil dua kali setahun. Keluarga Giyanto juga mengelola warung kecil yang menjual makanan dan minuman, serta menyediakan toilet dan kamar bilas bagi wisatawan.
Kini, seluruh kawasan masih dalam kondisi rusak. Tangga semen dibiarkan berlumut dan licin, sementara kolam belum pulih.
“Wahh, saya ini hidup di hutan. Kalau situasi seperti ini malah membuat stres. Saya sudah seluas-luasnya (sabar),” keluh Giyanto.
Air Terjun Kembang Soka dikenal sebagai surga tersembunyi di lembah Sungai Bukit Menoreh. Daya tariknya terletak pada kejernihan air yang tidak pernah surut, bahkan di musim kemarau, berkat beberapa sumber mata air alami.
Menjelang libur panjang Hari Raya Idul Adha, Giyanto dan Kemi berharap kondisi segera pulih. Mereka tetap bertekad memperbaiki kawasan wisata tersebut demi keberlangsungan hidup keluarga dan masyarakat sekitar. []
Diyan Febriana Citra.