YOGYAKARTA – Potensi gempa megathrust yang mengintai sejumlah wilayah di Indonesia kian menjadi perhatian serius. Dua zona rawan yang tengah diwaspadai oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) adalah zona megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Kedua wilayah tersebut diketahui telah lama tidak mengalami gempa besar atau dikenal dengan istilah seismic gap, yang menandakan adanya akumulasi energi yang belum terlepaskan selama berabad-abad.
Sebagai langkah mitigasi, Universitas Gadjah Mada (UGM) menggandeng PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk untuk mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi berbasis teknologi kecerdasan buatan (AI). Inovasi ini dikenal sebagai sistem Distributed Acoustic Sensing (DAS), yakni teknologi deteksi gempa yang memanfaatkan kabel optik bawah laut untuk memantau aktivitas seismik secara real-time.
Sistem ini bekerja dengan mengenali gelombang seismik primer (P-wave), yang muncul lebih dahulu sebelum gelombang sekunder (S-wave) yang lebih merusak. Dengan kemampuan mendeteksi lebih awal, sistem DAS dapat memberikan peringatan beberapa detik hingga menit sebelum guncangan utama terjadi, memberikan waktu krusial bagi masyarakat dan pihak terkait untuk melakukan evakuasi dan penanganan awal.
“Teknologi ini mampu menjangkau wilayah rawan yang selama ini minim alat pemantauan. Sistem ini cepat, presisi, dan memanfaatkan infrastruktur yang telah ada,” ujar Kuwat Triyana, anggota tim peneliti UGM, dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Rabu (28/5/2025).
Menurut mantan Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, penggunaan kabel optik yang telah terpasang dari Sabang hingga Merauke menjadikan sistem ini efisien dan tidak memerlukan instalasi sensor tambahan. Kabel-kabel tersebut juga telah melintasi berbagai zona subduksi aktif di sepanjang pesisir selatan Jawa, Nusa Tenggara, hingga pantai barat Sumatra, yang dikenal rawan gempa.
“Pemanfaatan kabel optik ini tidak hanya meningkatkan kesiapsiagaan nasional, tetapi juga menjaga ketahanan infrastruktur strategis dari ancaman bencana alam,” kata Ririek.
Saat ini, sistem DAS sedang diuji coba di kawasan Pantai Selatan Jawa dan direncanakan akan diperluas ke sejumlah wilayah rawan lainnya. UGM dan Telkom juga tengah menyusun protokol kolaboratif agar data yang dihasilkan dapat diakses secara terbuka untuk mendukung penelitian dan kebijakan kebencanaan nasional.
Langkah kolaboratif ini diharapkan dapat memperkuat sistem mitigasi bencana di Indonesia dengan pendekatan yang lebih terpadu, ilmiah, dan berbasis teknologi mutakhir.[]
Putri Aulia Maharani