Air Kawah Kelud Naik 2 Meter

Air Kawah Kelud Naik 2 Meter

KEDIRI – Peningkatan curah hujan yang terjadi belakangan ini di wilayah Jawa Timur berdampak pada kenaikan permukaan air di kawah Gunung Kelud, Kabupaten Kediri. Ketinggian air tercatat bertambah hingga dua meter di atas permukaan normal kawah yang memiliki luas sekitar delapan hektare tersebut.

Gunung Kelud, yang berada di perbatasan Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang, memiliki kawah hasil dari letusan besar yang terjadi pada tahun 2014. Sejak saat itu, kawah tersebut menjadi penampungan air alami dan terus dipantau oleh pihak berwenang.

Menurut Petugas Pengamat Gunung Kelud dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Budi Prianto, terdapat dua faktor utama yang menyebabkan meningkatnya volume air kawah.

“Pertama memang karena adanya penambahan air karena curah hujan yang cukup tinggi belakangan ini,” ujarnya saat ditemui pada Selasa (03/06/2025).

Faktor kedua, lanjut Budi, berasal dari material vulkanik sisa erupsi yang terbawa air hujan dan masuk kembali ke dalam kawah. Material seperti abu dan pasir tersebut terbawa aliran banjir yang mengalir dari lereng menuju kawah.

Meski begitu, pihak PVMBG menegaskan bahwa kondisi Gunung Kelud saat ini masih dalam keadaan aman. Tidak terdapat indikasi peningkatan aktivitas vulkanik, dan suhu air kawah pun masih dalam batas normal, yakni antara 29 hingga 31 derajat Celsius.

“Suhu air kawah juga masih kategori normal,” kata Budi.

Kondisi aman tersebut juga didukung oleh sistem drainase di sekitar kawah yang tetap berfungsi optimal. Sejumlah kanal dan terowongan saluran air yang dibangun pasca letusan 2014 masih mampu mengalirkan kelebihan air secara efektif.

“Terowongan-terowongan air semuanya masih fungsi. Termasuk terowongan paling bawah. Sehingga masih aman,” tegasnya.

Sebagai informasi, Gunung Kelud saat ini berstatus normal atau berada pada Level I. Gunung dengan ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut ini sempat membentuk “anak gunung” setelah letusan pada 2007, namun kembali hancur saat erupsi pada 2014 yang mengembalikan bentuk puncaknya menjadi kawah.

PVMBG tetap melakukan pengawasan secara berkala terhadap kondisi gunung berapi aktif ini, termasuk pemantauan visual, seismik, dan temperatur, guna memastikan keselamatan masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews