MOJOKERTO — Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kebudayaan, resmi mengganti nama Pusat Informasi Majapahit di Trowulan, Jawa Timur, menjadi Museum Majapahit. Peresmian yang dilakukan langsung oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, ini tak sekadar simbolik, tetapi merupakan bagian dari strategi nasional dalam memperkuat pelestarian sejarah dan identitas bangsa.
Dalam kunjungan kerjanya, Fadli menyampaikan bahwa perubahan ini merupakan upaya serius untuk menghidupkan kembali kejayaan peradaban Nusantara melalui pengelolaan museum yang lebih dinamis dan relevan bagi masyarakat lintas generasi.
“Nama Museum Majapahit akan mendorong kita merefleksikan koleksi dan maknanya. Museum ini harus hidup, dinamis, dan menjadi sumber pengetahuan yang relevan lintas generasi,” ujar Fadli dalam keterangan tertulis, Rabu (11/06/2025).
Museum ini kini dikembangkan sebagai museum tematik yang menyimpan lebih dari 86.000 artefak, termasuk terakota, batu andesit, keramik, logam, hingga artefak prasejarah. Langkah ini memperkuat posisi Trowulan sebagai episentrum sejarah Majapahit, dan membuka ruang kolaboratif dalam pendidikan, riset, hingga pariwisata sejarah.
Fadli menegaskan bahwa transformasi museum juga harus diiringi dengan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas nama-nama warisan budaya nasional seperti Majapahit, Borobudur, dan Prambanan.
“Kita tidak bisa membiarkan mereka digunakan sembarangan tanpa izin karena itu bagian dari jati diri dan sejarah bangsa,” tegasnya.
Dalam semangat inklusif, Fadli juga mendorong konsep open-air museum, sebuah pendekatan inovatif yang memungkinkan pengunjung berinteraksi langsung dengan situs sejarah secara lebih terbuka dan edukatif.
Kunjungan kerja ini turut mencakup peninjauan ke Petirtaan Jalatunda, situs perairan kuno di kaki Gunung Penanggungan yang dipercaya telah berdiri sejak abad ke-9 Masehi. Fadli memuji nilai historis dan spiritual petirtaan tersebut, seraya menegaskan perlunya perlindungan dan penelitian lebih lanjut.
“Petirtaan ini adalah peninggalan luar biasa, baik secara arkeologis maupun spiritual. Airnya sangat bersih dan kaya mineral,” ungkapnya.
“Kawasan ini perlu kita lindungi bersama, sembari terus membuka potensi penelitian terhadap puluhan situs lainnya di Gunung Penanggungan,” lanjutnya.
Turut hadir dalam peresmian ini pejabat dari berbagai level pemerintahan, termasuk Wakil Bupati Mojokerto, Muhammad Rizal Octavian, yang menyambut baik perhatian pusat terhadap pelestarian budaya lokal.
“Kawasan ini bukan hanya kebanggaan Mojokerto, tapi bagian dari identitas budaya nasional. Sinergi lintas sektor dibutuhkan untuk menjaga kelestariannya,” ujar Rizal.
Ke depan, Kementerian Kebudayaan mendorong keterlibatan aktif perguruan tinggi, BRIN, komunitas sejarah, hingga pelaku pariwisata dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya nasional. Museum Majapahit kini diharapkan bukan hanya menjadi tempat penyimpanan benda purbakala, tetapi juga pusat literasi sejarah dan laboratorium kebangsaan yang menginspirasi generasi masa kini dan mendatang. []
Diyan Febriana Citra.