LEMBATA — Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, kembali meningkat tajam dengan mencatat 296 kali letusan dalam kurun waktu 24 jam, pada Rabu (18/06/2025). Fenomena ini tak hanya menunjukkan peningkatan intensitas aktivitas gunung, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran warga yang tinggal di lereng dan sekitarnya.
Letusan yang terjadi sepanjang hari tersebut disertai gemuruh dengan intensitas lemah hingga sedang, serta lontaran lava pijar yang menjangkau hingga 700 meter ke arah timur laut dari bibir kawah.
“Meletus 296 kali, dengan amplitudo 19,4–40 mm, durasi 31–95 detik,” ujar Syawaludin, Petugas Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok dalam keterangannya, Kamis pagi (19/06/2025).
Visual gunung saat itu menunjukkan kondisi yang cukup jelas meskipun sempat tertutup kabut ringan. Asap kawah terpantau memiliki tekanan lemah dengan warna putih hingga kelabu, dan intensitas sedang. Asap tersebut menjulang antara 100 hingga 400 meter di atas puncak kawah. Selain itu, aliran lava masih aktif dan telah mencapai jarak 1,2 kilometer dari kawah di sektor tenggara.
Selain letusan, tercatat pula sejumlah aktivitas seismik lainnya, yaitu 310 kali gempa embusan, satu kali tremor non-harmonik, satu kali tremor harmonik, dan satu kali gempa tektonik lokal. Fakta ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Dampak dari erupsi ini mulai dirasakan masyarakat. Sejumlah desa di sekitar gunung menghadapi tantangan serius, termasuk kesulitan akses air bersih akibat kontaminasi abu vulkanik dan gangguan pada jaringan pasokan. Warga diminta tetap siaga dan tidak beraktivitas dalam radius berbahaya yang direkomendasikan otoritas.
Syawaludin mengimbau, “Warga di sekitar lereng gunung agar mengenakan masker atau alat pelindung untuk menghindari bahaya abu vulkanik yang bisa berdampak pada kesehatan.”
Lebih lanjut, ia mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap potensi guguran lava pijar maupun longsoran material vulkanik, yang dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa tanda pasti.
Hingga saat ini, status aktivitas Gunung Ile Lewotolok masih berada pada Level II (Waspada). Pemerintah daerah, bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan instansi terkait, diminta meningkatkan koordinasi dan kesiapsiagaan, termasuk dalam penyediaan logistik darurat serta posko evakuasi.
Letusan beruntun seperti ini menjadi pengingat akan pentingnya sistem mitigasi bencana yang cepat dan responsif, guna melindungi keselamatan warga dan meminimalkan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas vulkanik yang tidak dapat diprediksi. []
Diyan Febriana Citra.