DEMAK — Banjir pasang laut (rob) kembali merendam Jalan Pantura di Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, pada Kamis (19/06/2025) siang. Ketinggian air mencapai hingga 50 sentimeter, meningkat dari 40 cm pada Selasa lalu. Genangan tersebut terjadi sepanjang satu kilometer, khususnya di depan PT HIT, menggangu arus lalu lintas motor dan mobil antara Semarang dan Demak.
Andik (35), seorang pengendara motor, menyatakan “Tidak (berani) lewat, takut mogok.” Akibatnya, banyak motor menghindari jalan utama dan memilih jalur perkampungan yang tidak mudah dilalui karena kondisi terjal dan berbatu.
Kapolres Demak, AKBP Ari Cahya Nugaraha, telah mengimbau masyarakat untuk menggunakan jalur alternatif saat terjadi rob. Rute yang disarankan bagi kendaraan pribadi adalah Halte Buyaran → Guntur → Karangawen → Mranggen → Semarang. Selain itu, rute Semarang–Onggorawe–Bulusari–Sayung–Mranggen juga bisa diakses saat genangan tinggi di Pantura Sayung.
Pemprov Jawa Tengah sudah menerapkan strategi jangka pendek dengan memasang pompa penyedot air di kawasan terdampak sejak pertengahan bulan Juni. Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng, Bergas Catursari Penanggungan, menyebutkan ada tiga unit pompa dua dari Dinas Pusdataru dan satu dari BPBD yang terus bekerja hingga daerah kembali kering ga dikembangkan oleh Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya agar air rob tidak langsung menggenang di jalan nasional.
Banjir rob bukan masalah baru di Sayung. Sejak 2024 pemerintah telah mengajukan Detail Engineering Design (DED) senilai Rp 1,7 triliun untuk pembangunan tanggul laut dan normalisasi Sungai Dombo dan Sungai Pelayaran. Namun hingga kini, anggaran pusat belum cair.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menegaskan pentingnya penanganan menyeluruh dari hulu ke hilir dengan melibatkan BBWS Pemali Juana dan BPBD. Rencana jangka panjang seperti giant sea wall bersama jalan tol Semarang–Demak juga diproyeksikan selesai pada 2027 dan ikut berfungsi sebagai tanggul penahan rob.
Komunitas setempat menyuarakan urgensi pembangunan tanggul laut sebagai solusi permanen. Tokoh masyarakat Desa Sayung, Aji Dwi Santoso, mencatat bahwa banjir telah terjadi tiga kali dalam setahun karena abrasi, sedimentasi Kali Dombo, dan tanggul pelindung yang belum rampung. MWC NU setempat menegaskan bahwa hanya tanggul laut yang bisa mengatasi abrasi dan rob secara struktural.
Pemkab Demak telah mengalokasikan efisiensi anggaran sekitar Rp 20 miliar untuk menangani infrastruktur terdampak rob, namun angka tersebut baru mencukupi untuk prioritas lokal, bukan solusi besar seperti tanggul laut tambahan. Hal ini membuka dilema pendanaan antara upaya lokal versus target investasi nasional. []
Diyan Febriana Citra.