Rindu Tertahan Protokol di Penyambutan Haji

Rindu Tertahan Protokol di Penyambutan Haji

SUMENEP — Ratusan jemaah haji asal Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, yang tergabung dalam Kloter 23 tiba kembali ke tanah air pada Rabu malam (18/06/2025) pukul 22.21 WIB. Mereka disambut keluarga yang telah menanti dengan penuh haru di Gelanggang Olahraga (GOR) A Yani. Tujuh bus yang mengangkut para jemaah langsung memarkir di lokasi yang telah disiapkan.

Namun, suasana bahagia bercampur rindu itu sempat tertahan oleh keharusan mengikuti rangkaian protokol penyambutan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Tangis dan lambaian tangan dari balik kaca bus menjadi pengantar momen yang emosional, namun belum lengkap.

“Dimohon kepada keluarga jemaah haji untuk tidak mengejar bus. Pintu bus baru akan dibuka setelah acara penyambutan selesai,” demikian suara dari pengeras yang disampaikan protokol Pemkab Sumenep.

Arahan itu menahan langkah banyak keluarga yang sudah tak sabar ingin memeluk orang tercinta. Salah satunya Suhaera dan Matnawi, pasangan suami istri asal Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean.

“Menunggu acara selesai dulu, katanya,” ucap Suhaera sambil menatap lekat ke arah bus yang membawa tiga anggota keluarganya.

Hal serupa dialami oleh Muhlis, warga Kecamatan Manding, yang bersama istrinya berdiri menanti dengan mata penuh harap. Petugas dari TNI dan kepolisian berjaga di sekitar bus untuk memastikan ketertiban, menjaga agar tidak terjadi kerumunan atau insiden karena antusiasme yang memuncak.

Dalam sambutannya, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, mencoba meredakan ketegangan emosional keluarga yang menunggu. Ia menyampaikan harapan dan doa untuk seluruh jemaah.

“Kami yakin, semua jemaah haji rindu kepada keluarganya. Kami juga yakin seluruh keluarga rindu kepada jemaah haji yang hari ini telah tiba,” ujar Fauzi.

Bupati juga mendoakan agar seluruh jemaah yang kembali ke tanah air menjadi haji yang mabrur, dan mampu menjadi contoh baik di tengah masyarakat.

Setelah sambutan selesai, petugas membuka pintu bus bagian depan dan belakang. Saat itulah, suasana berubah drastis air mata haru mengalir, pelukan menghangatkan, dan rindu yang lama dipendam akhirnya tuntas.

“Tentu saja senang bisa bertemu keluarga lagi, Mas,” ungkap Anas, seorang warga yang langsung memeluk ayahnya yang baru pulang dari Mekkah.

Peristiwa ini bukan sekadar soal kepulangan fisik dari perjalanan spiritual, tetapi juga simbol dari ikatan keluarga yang tetap utuh meski dipisahkan jarak, waktu, dan aturan formal. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews