POLOPO – Kejadian runtuhnya plafon di ruang kelas VA SD Negeri 15 Salolo, Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, kembali membuka luka lama tentang buruknya kondisi infrastruktur pendidikan di daerah. Insiden yang terjadi pada Rabu (18/06/2025) pukul 15.00 Wita tersebut memang tidak memakan korban jiwa. Namun, ancaman keselamatan siswa di sekolah dasar itu kini menjadi sorotan.
Menurut Kepala Sekolah SDN 15 Salolo, Irawati Sheli, runtuhnya plafon pertama kali diketahui oleh satpam sekolah yang mendengar suara benda jatuh dari salah satu ruang kelas.
“Sudah tidak ada siswa dalam ruang kelas atau di sekolah. Bapak Satpam kami mendengar seperti ada sesuatu yang runtuh sehingga dia mengecek ruangan, ternyata plafon dalam ruangan kelas VA rubuh,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (20/06/2025).
Syukurlah, kejadian ini terjadi setelah jam pelajaran usai. Namun peristiwa tersebut menggambarkan bagaimana sistem perawatan bangunan sekolah nyaris terabaikan.
“Syukurlah kejadian ini terjadi setelah jam pulang, kegiatan telah usai, ruangan dalam keadaan kosong sehingga tidak ada siswa atau guru yang menjadi korban. Kalau masih ada anak-anak di dalam, bisa sangat berbahaya,” kata Irawati.
Fakta menunjukkan bahwa kerusakan ini bukan satu-satunya. Sejumlah titik di area sekolah menunjukkan tanda-tanda kerusakan serupa. Pihak sekolah menyebut penyebab utama adalah struktur kayu yang telah lapuk dimakan rayap.
“Cuma satu ruang kelas yang rubuh tetapi kayaknya rayap sudah menyebar ke ruang sebelah,” tambahnya.
Kondisi yang mengkhawatirkan ini telah memaksa pihak sekolah mengambil langkah darurat. Pada hari pembagian rapor, aktivitas dilakukan di luar ruangan guna menghindari risiko cedera.
“Beruntung rubuhnya plafon sudah terjadi beberapa hari lalu, sehingga hari ini pembagian rapor dilakukan di luar ruangan kelas,” jelasnya.
Pihak sekolah mengaku telah melaporkan kejadian ini secara resmi kepada Dinas Pendidikan Kota Palopo. “Kami sudah laporkan ke Dinas Pendidikan Kota Palopo. Saat ini kami tutup sementara ruang yang terdampak, dan berusaha mengatur kembali agar tetap berjalan dengan aman,” tutur Irawati.
Namun, hingga saat ini belum ada tanggapan atau langkah konkret dari pemerintah daerah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orangtua siswa. Marni, salah satu wali murid, menekankan bahwa keselamatan anak-anak harus menjadi prioritas utama.
“Anak saya kelas III dan ruangannya juga plafonnya sudah mulai rusak. Jangan tunggu jatuh korban dulu baru diperbaiki,” ujarnya penuh cemas.
SDN 15 Salolo adalah sekolah yang telah lama berdiri dan belum mengalami renovasi besar dalam 15 tahun terakhir. Kini, dengan kondisi plafon yang lapuk dan kerusakan menyebar hampir ke seluruh bagian sekolah, masyarakat berharap ada langkah nyata dari pemerintah.
“Kami berharap ada tinjauan langsung dan bantuan anggaran untuk rehabilitasi gedung. Ini bukan hanya soal kenyamanan belajar, tapi juga menyangkut keselamatan anak-anak,” tegas Irawati.
Situasi ini menunjukkan bahwa isu infrastruktur pendidikan, khususnya di daerah, masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Runtuhnya plafon di SDN 15 Salolo hanyalah satu dari sekian banyak kasus serupa yang bisa saja terulang bila tak segera ditangani secara serius. []
Diyan Febriana Citra.