BANYUWANGI – Gelombang tinggi dan angin kencang di Selat Bali kembali menguji kesabaran dan ketahanan fisik para penumpang kapal yang hendak menyeberang dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur menuju Pelabuhan Gilimanuk di Jembrana, Bali. Cuaca buruk yang melanda wilayah perairan tersebut menyebabkan gangguan operasional kapal hingga penutupan sementara pelabuhan.
Penutupan layanan penyeberangan dilakukan pada Rabu malam (25/06/2025), setelah gelombang laut mencapai ketinggian yang membahayakan aktivitas pelayaran. Dampaknya, antrean panjang kendaraan tak terhindarkan, termasuk yang dialami oleh Basuki, penumpang asal Semarang.
“Tadi antre empat jam, saya masuk Pelabuhan Ketapang subuh,” ujar Basuki, Kamis (26/06/2025), mengenang betapa lama waktu yang dihabiskannya hanya untuk bisa masuk ke kapal. Ia bersama keluarganya harus menanti dalam cuaca hujan dan suhu udara yang cukup dingin.
Setelah akhirnya berhasil naik ke kapal sekitar pukul 08.30 WIB, tantangan belum selesai. Gelombang tinggi membuat perjalanan yang seharusnya hanya memakan waktu 45 menit menjadi lebih dari satu jam.
“Lebih (dari 45 menit), gelombang tinggi, sampai pusing saya,” katanya.
Guncangan ombak tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga memicu kekhawatiran. Menurut Basuki, beberapa barang di kapal terjatuh akibat hentakan ombak. Kondisi itu makin diperparah ketika kapal kesulitan bersandar di Pelabuhan Gilimanuk. Pintu kapal pun tak bisa segera dibuka, menambah ketegangan penumpang.
“Tidak langsung terbuka. Saya agak ngeri juga karena di sebelah saya bus besar juga goyang-goyang, takut ketimpa,” ungkapnya.
Baru setelah kapal berhasil bersandar dan ramp door dibuka perlahan, Basuki bisa keluar dari kapal. Namun, kondisi tubuhnya masih belum pulih dari efek mabuk laut. Ia memilih beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan menuju tujuan di Bali.
Berdasarkan data dari BMKG (maritim.bmkg.go.id), gelombang laut di Selat Bali bagian utara saat ini berada pada kategori sedang dengan ketinggian 1,8 meter, menurun dari malam sebelumnya yang sempat mencapai 2,5 meter. Meskipun demikian, angin yang bertiup masih cukup kencang hingga 22 knot dan disertai hujan ringan, menjadikan situasi di perairan tetap perlu diwaspadai.
Kondisi ini menunjukkan pentingnya sistem informasi cuaca yang akurat serta koordinasi antarlembaga dalam menjamin keselamatan pelayaran. Penumpang dan operator kapal dituntut untuk sigap dan waspada dalam menghadapi perubahan cuaca ekstrem demi menghindari risiko yang lebih besar. []
Diyan Febriana Citra.