BUTON UTARA – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Bonegunu, Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara selama dua hari terakhir memicu banjir besar yang melumpuhkan sejumlah aktivitas warga. Meluapnya Sungai Ronta menyebabkan ratusan rumah warga terendam air sejak Rabu sore (25/06/2025) dan hingga Kamis pagi (26/06/2025) belum menunjukkan tanda-tanda surut.
“Ini banjir sudah naik mulai kemarin sekitar pukul 17.00 Wita sampai sekarang, pagi ini belum juga surut,” ujar Rusdin, warga setempat, Kamis pagi.
Menurut laporan warga, banjir menggenangi dua desa yang mengalami dampak paling parah, yakni Desa Rante Gola dan Desa Ronta. Di wilayah tersebut, air mencapai ketinggian lutut orang dewasa dan mulai merendam fasilitas penting warga seperti rumah, kebun, serta akses jalan lingkungan.
Situasi ini membuat aktivitas masyarakat lumpuh. Anak-anak tidak bisa berangkat sekolah, sementara warga lainnya harus menghentikan aktivitas ekonomi karena tempat usaha ikut terendam.
“Ini karena meluapnya sungai Desa Ronta dan hujan lebat dari kemarin hingga malam tidak berhenti hujannya,” tambah Rusdin.
Yang menjadi perhatian utama saat ini adalah terputusnya akses jalan poros utama yang menghubungkan Kabupaten Buton Utara dengan Kabupaten Buton dan Kota Baubau. Genangan air di sejumlah titik cukup dalam, menyebabkan kendaraan roda dua maupun roda empat tidak bisa melintas.
“Banjir kali ini merupakan banjir terbesar dan terparah,” ucap Rusdin yang mengaku sudah beberapa kali mengalami banjir serupa, namun tidak separah kali ini.
Belum ada laporan resmi dari pemerintah daerah terkait jumlah total rumah terdampak maupun estimasi kerugian akibat banjir tersebut. Namun, warga berharap segera ada bantuan logistik dan evakuasi, terutama bagi keluarga yang rumahnya terendam sepenuhnya dan tidak dapat lagi ditinggali.
Banjir yang terjadi di Bonegunu menunjukkan pentingnya sistem peringatan dini dan penguatan infrastruktur penanggulangan bencana hidrometeorologi. Pemerintah daerah didorong untuk mempercepat upaya normalisasi sungai dan pembangunan tanggul untuk menekan risiko banjir yang terus berulang.
Selain itu, warga juga berharap ada perhatian khusus terhadap tata kelola lingkungan di sekitar aliran sungai, terutama agar luapan sungai dapat dikendalikan saat curah hujan tinggi melanda.
Hingga berita ini ditulis, warga masih berjibaku membersihkan air dari rumah mereka dan menyelamatkan barang-barang penting. Sebagian lainnya mengungsi ke rumah kerabat yang tidak terdampak. []
Diyan Febriana Citra.