Gunung Ile Lewotolok Erupsi, Warga Diminta Waspada

Gunung Ile Lewotolok Erupsi, Warga Diminta Waspada

LEMBATA – Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan peningkatan signifikan. Letusan terjadi pada Senin pagi (30/06/2025) pukul 08.06 Wita dan menjadi perhatian serius bagi masyarakat di sekitarnya.

Berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan berlangsung selama sekitar 1 menit 6 detik. Kolom abu terpantau membumbung hingga ketinggian sekitar 1.000 meter di atas puncak atau sekitar 2.423 meter di atas permukaan laut.

“Tinggi kolom abu teramati lebih kurang 1.000 meter di atas puncak sekitar 2.423 meter di atas permukaan laut,” ujar Fajaruddin M Balido, petugas Pos PGA Ile Lewotolok dalam keterangannya pada Senin pagi.

Abu vulkanik yang membubung ke udara tampak berwarna kelabu pekat dengan intensitas tebal, cenderung mengarah ke barat. Sebelumnya, dalam kurun waktu yang cukup singkat, Gunung Ile Lewotolok juga sempat mengalami dua kali erupsi tambahan, masing-masing terjadi pada pukul 01.59 Wita dan 02.29 Wita. Ketinggian kolom abu saat itu tercatat mencapai 400 hingga 500 meter dari puncak gunung.

“Erupsi disertai dentuman kuat,” tambah Fajaruddin.

Situasi ini mengingatkan kembali pada pentingnya kesiapsiagaan masyarakat, khususnya warga yang tinggal di lereng dan sekitar radius bahaya gunung, seperti Desa Lamatokan, Jontona, Todanara, dan Amakaka. Fajaruddin menegaskan perlunya penggunaan masker atau alat pelindung pernapasan untuk mencegah dampak kesehatan akibat paparan abu vulkanik.

Pihak berwenang mengimbau warga untuk tidak beraktivitas terlalu dekat dengan area kawah dan segera mengikuti arahan dari otoritas kebencanaan daerah. Tingkat aktivitas Gunung Ile Lewotolok saat ini berada pada Level II atau Waspada, yang berarti ada peningkatan aktivitas vulkanik di atas normal dan potensi erupsi masih dapat terjadi sewaktu-waktu.

Selain ancaman langsung berupa lontaran material pijar dan abu, aktivitas gunung ini juga dapat berdampak pada penerbangan, pertanian, hingga distribusi air bersih di sekitar lokasi.

Langkah mitigasi dan edukasi menjadi kunci penting dalam menghadapi potensi bencana seperti ini. BNPB dan instansi terkait diharapkan terus memperkuat komunikasi dengan masyarakat setempat agar tidak terjadi kepanikan saat terjadi erupsi susulan. Kesigapan warga dalam mengenali tanda bahaya alam dan kesiapan logistik menjadi penentu keselamatan di wilayah rawan bencana seperti Lembata. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews