FLORES TIMUR – Meski Gunung Lewotobi Laki-laki masih berada dalam status awas atau level IV, tanda-tanda penurunan aktivitas vulkanik mulai terlihat dalam sepekan terakhir. Hal ini mendorong otoritas pengawasan gunung api untuk meninjau ulang radius bahaya di sekitar gunung yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur tersebut.
Dalam keterangan resmi yang disampaikan pada Selasa (01/07/2025), petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, Emanuel Rofinus Bere, menjelaskan bahwa radius larangan aktivitas mengalami pengurangan. Semula, wilayah dengan larangan total mencakup radius 7 kilometer dari pusat erupsi serta 8 kilometer di sektor barat daya dan timur laut. Kini, batas aman tersebut diperbarui menjadi 6 kilometer dari pusat erupsi, dan 7 kilometer untuk kedua sektor sektoral tersebut.
“Untuk sektoral barat daya dan timur laut diturunkan ke 7 kilometer,” ujar Rofinus kepada awak media.
Keputusan ini didasarkan pada hasil pemantauan aktivitas kegempaan dan visual kawah gunung. Dalam periode pengamatan pada hari yang sama antara pukul 06.00 hingga 12.00 Wita, tercatat hanya satu kali gempa embusan, empat kali tremor non harmonik, satu gempa tektonik lokal, serta satu gempa tektonik jauh.
Dari segi visual, kawah gunung terpantau jelas hingga kabut tipis, dengan asap bertekanan lemah berwarna putih tebal membumbung antara 100 hingga 200 meter di atas puncak kawah. Lava sisa erupsi sebelumnya masih terlihat mengalir ke dua arah, yakni 3.800 meter ke arah barat dan laut, serta 4.340 meter ke timur laut.
Meski tidak terdeteksi adanya aktivitas erupsi pada hari tersebut, pihak pengawasan tetap menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat. Rofinus mengingatkan bahwa status gunung belum diturunkan dan potensi bahaya masih ada.
“Status masih awas. Warga diimbau tidak memasuki area dalam radius bahaya yang telah ditetapkan dan tetap mengikuti arahan dari pihak berwenang,” imbuhnya.
Gunung Lewotobi Laki-laki memiliki ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut dan merupakan salah satu dari dua gunung kembar di Flores Timur, bersama Gunung Lewotobi Perempuan. Kedua gunung ini dikenal aktif dan telah beberapa kali meletus dalam sejarah modern.
Seiring penurunan aktivitas, pemerintah pusat juga sebelumnya mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mengurangi dampak sosial ekonomi. Salah satunya adalah kebijakan dari Kementerian Imigrasi yang membebaskan biaya overstay bagi warga negara asing terdampak yang tidak bisa meninggalkan wilayah akibat aktivitas vulkanik.
Dengan pembaruan radius bahaya ini, diharapkan masyarakat dapat kembali menjalankan aktivitas ekonomi dan sosial secara lebih aman, namun tetap dalam koridor kewaspadaan yang ketat. Pemerintah daerah bersama BNPB dan instansi teknis lain juga terus melakukan pemantauan dan siap melakukan respons cepat bila kondisi kembali berubah. []
Diyan Febriana Citra.