Perlu Kah Berteman dengan Rekan Kantor? Kamu Termasuk Golongan Mana?

Perlu Kah Berteman dengan Rekan Kantor? Kamu Termasuk Golongan Mana?

JAKARTA – Hubungan antarindividu di tempat kerja kerap dianggap sepele oleh sebagian orang. Namun, seiring bertambahnya usia dan pengalaman, perspektif terhadap relasi profesional ternyata bisa berubah signifikan. Hal ini disampaikan oleh Stephen Friedman, Dosen Tamu di York University, Kanada, dalam esainya yang diterbitkan oleh The Conversation bertajuk “Perlukah Kita Berteman dengan Kolega di Kantor? Ini Kata Riset”, pada 4 Agustus 2023.

Menurut Friedman, di masa mudanya ia sempat berpikir bahwa menjalin pertemanan di kantor bukanlah hal penting. Namun, setelah menjalani karier sebagai akademisi dan pembimbing profesional, pandangannya berubah. Ia mengakui bahwa lingkungan kerja terasa lebih nyaman ketika antarpegawai memiliki hubungan yang sehat dan positif.

“Temuan ini berbeda dengan sentimen umum yang saya lihat selama lebih dari 20 tahun bekerja dengan karyawan lainnya: berteman dengan rekan kerja itu tak penting. Meskipun sentimen macam ini juga dapat dipahami, tapi ini tidak ada gunanya – apalagi ketika kita bekerja dengan individu yang sulit bisa akur dengan kita,” ujarnya, dikutip pada Sabtu (28/6/2025).

Dalam tulisannya, Friedman mengklasifikasikan empat tipe hubungan sosial di lingkungan kerja, yaitu sahabat sekantor, teman dekat, teman kerja biasa, dan rekan kerja biasa. Masing-masing kategori memiliki karakteristik dan tingkat kedekatan emosional yang berbeda, serta berkontribusi secara bervariasi terhadap produktivitas dan kesejahteraan mental karyawan.

Hubungan terdekat, yakni sahabat sekantor, ditandai dengan kepercayaan tinggi dan keterbukaan emosional. Namun, jenis hubungan ini relatif jarang terjadi karena membutuhkan energi emosional yang besar. Teman dekat dan teman kerja biasa cenderung lebih umum ditemukan dan memberikan manfaat sosial tanpa beban emosional berlebihan.

Sebaliknya, relasi sekadar rekan kerja cenderung minim kontribusi terhadap kesejahteraan individu di tempat kerja. Hubungan yang hanya sebatas basa-basi ini, menurut riset, tidak memberikan pengaruh berarti bagi kepuasan kerja maupun perkembangan karier.

Lebih lanjut, Friedman menguraikan bahwa membangun pertemanan di kantor dapat meningkatkan rasa aman secara psikologis, kreativitas, empati, serta motivasi untuk bekerja. Terlebih di era kerja jarak jauh dan sistem hybrid pascapandemi, hubungan personal menjadi faktor penting dalam menciptakan dukungan emosional dan sosial yang berkelanjutan.

Namun, pertemanan di tempat kerja tidak lepas dari risiko. Konflik antarindividu, terutama dalam hal pembagian beban kerja, kerap muncul dalam hubungan yang terlalu dekat. Oleh karena itu, penting bagi pekerja untuk memahami jenis relasi yang mereka bangun, serta menetapkan batas yang sehat dalam berinteraksi profesional.

Menutup analisanya, Friedman menyarankan agar karyawan mempertimbangkan untuk menggunakan pendekatan positif dalam berinteraksi dengan kolega yang tidak disukai. Strategi seperti pembingkaian ulang cara pandang dan komunikasi terbuka dapat membantu menciptakan kerja sama yang produktif, meski hubungan personal tidak terjalin dengan erat.

Pada akhirnya, memilih menjalin atau menjaga jarak dalam relasi profesional merupakan keputusan pribadi. Namun, hasil riset menunjukkan bahwa hubungan sosial yang sehat di tempat kerja berkontribusi besar terhadap kebahagiaan dan keberhasilan karyawan secara keseluruhan.[]

Putri Aulia Maharani

Nasional