JAKARTA — Persaingan teknologi kecerdasan buatan (AI) antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin memanas. Salah satu perusahaan teknologi terkemuka China, Baidu Inc., kembali menjadi sorotan global usai membuka akses terhadap model bahasa besar (Large Language Model/LLM) miliknya, ERNIE, untuk publik secara bertahap.
Langkah tersebut dinilai sebagai upaya strategis Beijing untuk memperkuat posisinya dalam industri AI global yang selama ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan berbasis di AS seperti OpenAI, Anthropic, dan Google.
Baidu menyatakan bahwa model ERNIE X1 terbarunya memiliki kinerja sebanding dengan DeepSeek R1—salah satu model AI terkemuka dari China—namun hanya memerlukan setengah dari biaya penggunaannya. Hal ini menunjukkan upaya serius China dalam menyediakan alternatif teknologi AI yang lebih terjangkau, namun tetap kompetitif secara teknis.
Analis industri AI, Alec Strasmore, menilai langkah Baidu sebagai manuver besar yang dapat mengganggu peta persaingan global. “Baidu seperti melemparkan bom molotov ke dunia AI. Ini bukan sekadar inovasi, tapi pernyataan terbuka terhadap harga dan akses,” ujar Strasmore, yang juga pendiri perusahaan konsultan AI, Epic Loot.
Ia menilai langkah Baidu membuka kode sumber ERNIE akan menekan perusahaan penyedia layanan AI tertutup seperti OpenAI dan Anthropic untuk mempertimbangkan ulang harga dan model distribusi mereka. Hal serupa juga diungkapkan Sean Ren, dosen madya ilmu komputer di University of Southern California dan Peneliti AI Terbaik dari Samsung tahun ini.
“Setiap kali model besar dibuka untuk publik, standar industri berubah. Ini bukan hanya cerita AI dari China, tapi perubahan lanskap secara global,” kata Ren.
CEO Baidu, Robin Li, menyatakan bahwa keputusan membuka akses ini ditujukan untuk mempercepat inovasi dan mempermudah pengembang di seluruh dunia mengakses teknologi AI. “Kami ingin semua pengembang memiliki kebebasan dalam membangun tanpa terkendala biaya dan keterbatasan alat,” ungkap Li dalam forum teknologi di China, April lalu.
Meski sebagian pihak di AS meragukan dampak langsung dari langkah Baidu, dengan alasan kurangnya pengenalan publik terhadap perusahaan tersebut, analis memperkirakan bahwa implikasi jangka panjang terhadap struktur biaya dan distribusi AI global akan cukup signifikan.[]
Putri Aulia Maharani