JAKARTA — Sejumlah maskapai penerbangan internasional memperpanjang pengalihan rute penerbangan dari wilayah udara Timur Tengah menyusul ketegangan yang meningkat akibat serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Situasi ini berdampak pada jadwal operasional serta proses evakuasi warga asing dari kawasan yang terlibat konflik.
Data dari situs pelacakan penerbangan FlightRadar24 menunjukkan bahwa sejak pekan lalu, maskapai telah menghindari jalur udara di atas Iran, Irak, Suriah, dan Israel. Mereka memilih jalur alternatif melalui wilayah utara seperti Laut Kaspia, atau melalui jalur selatan melintasi Mesir dan Arab Saudi. Meskipun rute tersebut meningkatkan waktu tempuh dan biaya operasional, pengalihan ini dinilai lebih aman.
“Lalu lintas udara komersial di kawasan tersebut tetap menyesuaikan dengan pembatasan wilayah udara yang diberlakukan setelah serangan AS,” tulis FlightRadar24 melalui akun resmi di platform X, dikutip dari Reuters, Minggu (22/6/2025).
Organisasi pemantau risiko penerbangan global, Safe Airspace, juga mengingatkan bahwa konflik ini dapat meningkatkan risiko terhadap operator penerbangan, khususnya maskapai asal Amerika Serikat. Iran sebelumnya mengancam akan membalas serangan AS dengan menargetkan kepentingan militer, termasuk menggunakan kelompok proksi seperti Hizbullah.
Beberapa maskapai besar seperti American Airlines dan United Airlines telah menghentikan sementara penerbangan ke Qatar dan Dubai. Di sisi lain, maskapai Israel seperti El Al, Arkia, dan Israir juga menangguhkan seluruh penerbangan evakuasi hingga pemberitahuan lebih lanjut, dengan El Al memperpanjang pembatalan hingga 27 Juni.
Penutupan wilayah udara Israel juga menghambat ribuan warga dan wisatawan. Otoritas bandara menyatakan hanya jalur darat ke Mesir dan Yordania yang masih dibuka. Diperkirakan lebih dari 40 ribu turis asing tengah berupaya meninggalkan Israel melalui jalur alternatif seperti perjalanan laut menuju Siprus.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jepang mengonfirmasi bahwa 16 warga negaranya telah berhasil dievakuasi melalui jalur darat dari Iran ke Azerbaijan. Ini merupakan evakuasi kedua dalam sepekan terakhir. Pemerintah Jepang menegaskan kesiapan untuk melakukan evakuasi lanjutan jika diperlukan.
Di tengah situasi genting ini, Pemerintah Selandia Baru mengambil langkah siaga dengan mengerahkan pesawat militer Hercules C-130J ke Timur Tengah guna mendukung proses evakuasi warga negara mereka. Pesawat dan tim evakuasi dijadwalkan berangkat dari Auckland pada Senin, meski perjalanan menuju lokasi akan memakan waktu beberapa hari. Selandia Baru juga mempertimbangkan kerja sama dengan maskapai komersial untuk mempercepat proses evakuasi.
Langkah-langkah ini mencerminkan kekhawatiran internasional terhadap keamanan penerbangan di kawasan Timur Tengah yang kian tidak stabil. Hingga kini, belum terdapat indikasi kapan situasi akan kembali normal, sementara maskapai dan pemerintah dunia terus menyiapkan skenario darurat menghadapi kemungkinan eskalasi konflik yang lebih luas.[]
Putri Aulia Maharani