52 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

52 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

GAZA – Serangan militer Israel kembali mengguncang Jalur Gaza, menambah panjang daftar korban sipil yang berjatuhan dalam konflik yang tak kunjung mereda. Pada Jumat (22/08/2025), sedikitnya 52 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar di Kota Gaza yang menjadi sasaran utama serangan udara.

Salah satu lokasi yang paling terdampak adalah sebuah sekolah di Sheikh Radwan, kawasan padat penduduk di Kota Gaza. Sekolah tersebut dijadikan tempat perlindungan sementara, di mana banyak keluarga mendirikan tenda darurat di halaman. Namun, justru area itulah yang terkena hantaman. Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, setidaknya 12 warga sipil meninggal dunia dalam peristiwa itu.

Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan sebuah quadcopter Israel menjatuhkan bahan peledak di atas bangunan, disusul kepulan asap tebal. Tim pemeriksa fakta Sanad dari Al Jazeera telah memverifikasi kebenaran rekaman tersebut.

Selain di Sheikh Radwan, serangan juga menyasar wilayah lain. Di lingkungan Tuffah, seorang warga Palestina tewas dan dilarikan ke Rumah Sakit al-Ahli. Sementara itu, di Khan Younis, Gaza selatan, pesawat tak berawak Israel menyerang tenda darurat, menewaskan seorang perempuan dan empat anak. Korban lain jatuh di Jabalia al-Balad, Gaza utara, serta di Koridor Netzarim, Gaza tengah, di mana warga yang sedang mencari bantuan ikut menjadi sasaran.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memperingatkan bahwa serangan akan terus berlanjut hingga Hamas tunduk. “Gerbang neraka akan segera terbuka di atas kepala para pembunuh dan pemerkosa Hamas di Gaza, sampai mereka menyetujui persyaratan Israel untuk mengakhiri perang,” tulis Katz di platform X. Ia menegaskan tuntutan Israel mencakup pembebasan seluruh tawanan serta pelucutan senjata Hamas.

Namun, Hamas menolak syarat tersebut. Mereka menegaskan hanya bersedia membebaskan tawanan jika perang dihentikan, dan Palestina diakui sebagai negara merdeka.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan telah menginstruksikan pejabatnya membuka jalur negosiasi pembebasan tawanan. Akan tetapi, Netanyahu juga menyetujui rencana militer untuk melakukan operasi besar-besaran merebut Kota Gaza dalam beberapa hari ke depan. Rencana ini menuai kekhawatiran publik Israel, terutama terkait keselamatan sekitar 20 tawanan yang diyakini masih hidup.

Koresponden Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum, menggambarkan situasi memilukan dari Deir el-Balah, Gaza tengah. “Malam itu kembali menjadi malam yang mematikan di Gaza, dan pagi ini ditandai dengan kesedihan dan kepedihan yang tak tertahankan, tergambar jelas di wajah kerabat korban dan petugas tanggap darurat yang menghabiskan malam dengan bergegas melayani panggilan darurat di seluruh Jalur Gaza,” ujarnya.

Menurut Abu Azzoum, serangan bertubi-tubi membuat warga kehilangan rasa aman. “Bagi warga Palestina di lapangan, aksi militer ini mengirimkan sinyal yang jelas bahwa ke mana pun mereka bergerak, tidak ada satu sudut pun di Gaza yang luput dari potensi serangan Israel,” katanya.

Sejak 27 Mei 2025, Israel menerapkan mekanisme baru distribusi bantuan melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) dengan dukungan Amerika Serikat. Namun, Kementerian Kesehatan Gaza menyebut, sejak mekanisme itu diberlakukan, lebih dari 2.000 pencari bantuan justru menjadi korban jiwa.

Kondisi ini menunjukkan bahwa konflik bukan hanya menghancurkan infrastruktur, tetapi juga merenggut ruang hidup warga sipil yang seharusnya dilindungi. Gaza pun kembali menghadapi malam panjang penuh duka, dengan korban sipil yang kian bertambah. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional