AUCKLAND – Insiden mengejutkan mengguncang masyarakat Selandia Baru setelah seorang anak perempuan berusia dua tahun ditemukan dalam kondisi terkunci di dalam koper di kompartemen bagasi sebuah bus antarkota. Peristiwa ini terjadi pada Minggu (03/08/2025) ketika bus tengah berhenti di kawasan permukiman Kaiwaka, sebelah utara Auckland.
Sopir bus InterCity, perusahaan layanan transportasi antarwilayah, menjadi pihak pertama yang menyadari adanya kejanggalan. Menurut laporan resmi Kepolisian Selandia Baru, sang sopir membuka salah satu koper setelah seorang penumpang meminta akses ke bagasi. Saat membuka koper tersebut, ia menemukan seorang anak balita dalam kondisi sangat panas.
“Anak itu terlihat kegerahan, tapi tidak mengalami cedera,” ungkap Inspektur Detektif Simon Harrison. Anak perempuan itu langsung dievakuasi dan dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis pada malam harinya. Meski tidak mengalami luka fisik, ia tetap menjalani observasi untuk memastikan kondisi kesehatannya stabil.
Hingga kini, belum terungkap secara pasti berapa lama anak tersebut berada di dalam koper ataupun seberapa jauh rute bus yang telah dilalui sebelum berhenti di Kaiwaka. Namun, kejadian ini memicu keprihatinan luas dan membuka diskusi serius soal keselamatan anak di ruang publik serta potensi penelantaran yang kerap luput dari pengawasan.
Polisi telah menetapkan seorang perempuan sebagai tersangka dan langsung menangkapnya setelah kejadian. Perempuan tersebut menghadapi tuduhan penganiayaan dan penelantaran anak, dan dijadwalkan menjalani proses hukum pada Senin (04/08/2025). Hingga saat ini, identitasnya belum dipublikasikan oleh otoritas setempat.
Perusahaan bus InterCity, yang mengoperasikan armada terkait insiden, mengonfirmasi bahwa kasus ini melibatkan salah satu bus milik mereka. Dalam pernyataan resminya, perusahaan menyebutkan bahwa anak-anak berusia di bawah tiga tahun memang diperbolehkan menumpang secara gratis selama berada dalam pangkuan orang dewasa. Namun, mereka menegaskan bahwa praktik membawa anak dalam koper sama sekali tidak bisa dibenarkan.
“Kami sangat prihatin dengan insiden ini dan sedang bekerja sama penuh dengan pihak kepolisian untuk mendukung penyelidikan,” ujar perwakilan InterCity.
Kasus ini telah memicu gelombang simpati dan kekhawatiran dari publik. Banyak pihak meminta pemerintah memperketat pengawasan terhadap keselamatan anak, termasuk memperbaiki prosedur pengangkutan penumpang di moda transportasi umum. Selain itu, insiden ini menjadi pengingat bahwa tindakan yang mengabaikan keselamatan anak, apa pun alasannya, adalah bentuk kekerasan yang tidak bisa ditoleransi. []
Diyan Febriana Citra.