TEHERAN – Pemerintah Iran menegaskan bahwa kedatangan wakil kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) ke Teheran pada Senin (11/08/2025) tidak bertujuan untuk melakukan pemeriksaan fasilitas nuklir. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan kunjungan tersebut murni bersifat diplomatik dan dimaksudkan untuk memulihkan hubungan yang sempat memburuk.
“Tidak akan ada inspeksi fasilitas nuklir Iran, kunjungan itu dalam upaya untuk memulihkan hubungan yang memburuk,” ujar Araghchi, Minggu (10/08/2025) waktu setempat.
Kunjungan ini menjadi pertemuan pertama IAEA dengan pemerintah Iran sejak pecahnya konflik bersenjata selama 12 hari antara Israel dan Iran pada Juni 2025. Dalam perang singkat tersebut, beberapa fasilitas nuklir utama Iran dilaporkan menjadi sasaran serangan.
Sebelumnya, pada 3 Juli 2025, Presiden Iran Masoud Pezeshkian memutuskan menangguhkan kerja sama dengan IAEA. Langkah ini diambil setelah serangan udara gabungan Amerika Serikat dan Israel menghantam sejumlah fasilitas nuklir Iran. Kebijakan tersebut berdampak langsung pada terbatasnya akses inspektur internasional dalam memantau program pengayaan uranium Iran, yang menurut sejumlah laporan telah mendekati level yang dapat digunakan untuk pembuatan senjata nuklir.
“Selama kita belum mencapai kerangka kerja sama yang baru, sejauh ini tidak ada kerja sama dengan IAEA. Kerangka kerja yang baru tersebut pasti akan didasarkan pada undang-undang yang disahkan oleh parlemen,” tegas Araghchi.
Pernyataan tersebut menegaskan sikap tegas Teheran bahwa hubungan dengan IAEA harus diatur ulang melalui kesepakatan baru yang lebih sejalan dengan kepentingan nasional. Araghchi juga menambahkan, setiap bentuk kerja sama nantinya hanya akan diberikan melalui persetujuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, badan keamanan tertinggi negara tersebut.
Langkah ini mencerminkan sikap defensif Iran pasca serangan yang dinilai mengancam kedaulatan dan keamanan nasional. Pemerintah Iran tampaknya ingin memastikan bahwa setiap kunjungan pihak internasional tidak disalahgunakan untuk tujuan intelijen atau operasi rahasia yang merugikan kepentingan negara.
Konteks kunjungan ini juga menunjukkan bahwa IAEA berusaha menjaga saluran komunikasi tetap terbuka dengan Iran, meskipun situasi politik dan keamanan di kawasan Timur Tengah masih memanas. Meski tidak akan ada inspeksi, kunjungan diplomatik seperti ini diharapkan dapat meredakan ketegangan serta membuka jalan bagi perundingan baru di masa depan.
Bagi Iran, pembicaraan ulang mengenai kerangka kerja sama dengan IAEA menjadi bagian dari strategi mempertahankan kontrol penuh atas program nuklirnya, sambil tetap memberikan sinyal bahwa pintu diplomasi belum sepenuhnya tertutup. Situasi ini menjadi ujian penting bagi kedua belah pihak dalam menentukan arah hubungan ke depan, di tengah tekanan internasional yang terus mengawasi program nuklir Iran. []
Diyan Febriana Citra.