Dua Bulan Berjuang, Miguel Uribe Tutup Usia

Dua Bulan Berjuang, Miguel Uribe Tutup Usia

BOGOTA – Dunia politik Kolombia kembali berduka. Miguel Uribe, calon presiden yang juga senator terkemuka, meninggal dunia pada Senin (11/08/2025) setelah dua bulan berjuang melawan luka serius akibat penembakan yang terjadi saat ia berkampanye. Kabar duka ini disampaikan langsung oleh istrinya, Maria Claudia Tarazona, melalui unggahan emosional di media sosial.

“Beristirahatlah dalam damai, cinta sejatiku. Terima kasih atas hidup yang penuh cinta,” tulis Tarazona, yang setia mendampingi sang suami sejak peristiwa tragis itu terjadi pada 7 Juni 2025.

Insiden penembakan berlangsung di tengah kegiatan kampanye di Bogotá. Uribe, yang kala itu berusia 39 tahun, ditembak di bagian kepala dan kaki. Ia dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Sempat menunjukkan tanda-tanda perbaikan, namun pendarahan otak yang terjadi kemudian membuat nyawanya tak tertolong.

Wakil Presiden Kolombia, Francia Márquez, menyebut peristiwa ini sebagai momen kelam bagi demokrasi negara tersebut. “Demokrasi harus dibangun di atas rasa hormat dan dialog, bukan senjata atau pertumpahan darah,” tegasnya, menyerukan diakhirinya kekerasan politik yang masih membayangi Kolombia.

Penyelidikan polisi mengungkap, enam orang telah ditangkap terkait kasus ini. Pelaku utama adalah seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun yang ditangkap di lokasi kejadian. Dalang penyerangan diidentifikasi sebagai Penatua Jose Arteaga Hernandez alias “El Costeño”. Aparat juga menuding kelompok pembangkang FARC turut terlibat dalam perencanaan pembunuhan tersebut.

Uribe dikenal sebagai figur politik berpengaruh dari partai oposisi Pusat Demokratik. Ia adalah keponakan mantan Presiden Julio Cesar Turbay dan mulai menjabat sebagai senator pada 2022. Namanya kian mencuat sebagai kandidat kuat dalam pemilihan presiden 2026.

Dua hari sebelum penembakan, Uribe sempat mengingatkan bahwa kebijakan pemerintah yang mendorong “perdamaian penuh” dengan kelompok bersenjata dan milisi narkotika dapat membuka kembali luka lama bangsa. “Kolombia berisiko terjerumus kembali ke siklus kekerasan masa lalu,” katanya saat itu.

Riwayat kekerasan politik di Kolombia memang panjang. Pada era 1980–1990-an, empat calon presiden tewas dibunuh, sebagian besar terkait dengan jaringan kartel narkoba. Keluarga Uribe sendiri tak asing dengan tragedi ini. Ibundanya, jurnalis Diana Turbay, dibunuh oleh kartel Medellín pada 1991 sebuah peristiwa yang membekas dalam sejarah kelam negara itu.

Kini, wafatnya Miguel Uribe tak hanya menjadi kehilangan besar bagi keluarga, tetapi juga meninggalkan pertanyaan besar tentang masa depan politik Kolombia. Publik bertanya-tanya, apakah negara itu mampu keluar dari lingkaran kekerasan yang telah lama mengakar atau justru kembali terseret ke dalamnya. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional