WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu di Alaska pada Jumat (15/08/2025). Pertemuan ini berlangsung di tengah merosotnya hubungan kedua pemimpin, yang sebelumnya sempat terlihat akrab di awal masa jabatan Trump.
Ketika dilantik pada 20 Januari 2025, Trump mengaku memiliki kesamaan pandangan dengan Putin, terutama dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina. Hanya sehari setelah pelantikannya, ia menulis di Truth Social: “Saya akan mendukung Rusia, yang ekonominya sedang terpuruk, dan Presiden Putin, sebuah kebaikan yang sangat besar. Selesaikan masalah ini sekarang, dan hentikan perang konyol ini! Ini hanya akan menjadi lebih buruk.”
Dari Moskwa, Putin merespons positif. Pada 24 Januari 2025, ia memuji Trump sebagai sosok “bukan hanya orang yang cerdas, tetapi juga pragmatis,” bahkan menilai krisis Ukraina mungkin bisa dihindari jika Trump menjabat saat invasi 2022 terjadi.
“Saya sangat setuju dengannya bahwa jika dia menjadi presiden jika kemenangannya tidak dicuri pada tahun 2020 maka mungkin tidak akan ada krisis di Ukraina pada 2022,” ujar Putin.
Memasuki Februari 2025, hubungan kedua pemimpin masih hangat. Trump menggambarkan percakapan telepon 12 Februari 2025 sebagai panjang dan sangat produktif. “Presiden Putin bahkan menggunakan moto kampanye saya yang sangat kuat, ‘Akal Sehat.’ Kami berdua sangat meyakininya,” tulis Trump.
Namun, ketegangan mulai muncul pada akhir Maret 2025. Dalam wawancara, Trump mengaku marah setelah Putin mempertanyakan kredibilitas Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Pada 24 April 2025, ia secara terbuka meminta Putin menghentikan serangan di Kyiv. “Tidak perlu, dan waktunya sangat buruk. Vladimir, setop! Lima ribu tentara per minggu gugur. Mari kita selesaikan perjanjian damai!”
Dua hari kemudian, nada Trump semakin tegas. Ia menuding Putin tidak berniat mengakhiri perang. “Ia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani secara berbeda, melalui ‘perbankan’ atau ‘sanksi sekunder’? Terlalu banyak orang gugur!”
Ketidakharmonisan ini berlanjut hingga Mei 2025. Trump menulis pada 25 Mei 2025: “Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar gila!” Sehari kemudian ia menambahkan: “Jika bukan karena saya, banyak hal buruk sudah terjadi pada Rusia, dan saya maksud sangat buruk. Dia bermain api!”
Meski demikian, momen positif sempat muncul pada 14 Juni 2025 ketika Putin menelepon untuk mengucapkan selamat ulang tahun ke-79 kepada Trump sekaligus membicarakan isu Iran. Namun, suasana cair itu tidak bertahan lama. Pada 8 Juli 2025, Trump kembali menyindir Putin: “Kita menerima banyak omong kosong yang dilontarkan Putin jika Anda ingin tahu yang sebenarnya. Dia selalu sangat baik, tetapi ternyata tidak berarti apa-apa.”
Pernyataan keras berlanjut seminggu kemudian. Trump menilai Putin “akan berbicara dengan sangat indah, lalu mengebom orang-orang di malam hari.” Menjelang akhir Juli, ia mengaku tak lagi begitu tertarik berbicara dengan Putin.
Kini, hanya beberapa hari sebelum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Alaska, Trump berharap pertemuan ini bisa menjadi ajang untuk kembali membuka jalur dialog. Namun, melihat rentetan pernyataan keras yang telah dilontarkan, banyak pihak meragukan suasana pertemuan akan hangat seperti di awal masa jabatannya. []
Diyan Febriana Citra.