Singapura Siapkan Aturan Baru Batasi Screen Time Anak

Singapura Siapkan Aturan Baru Batasi Screen Time Anak

SINGAPURA – Pemerintah Singapura kembali menegaskan komitmennya dalam menyiapkan generasi muda menghadapi era digital. Perdana Menteri Lawrence Wong dalam pidato kenegaraan National Day Rally di ITE College Central, Minggu (17/08/2025), menekankan perlunya keterlibatan orangtua dalam melindungi anak-anak dari dampak negatif penggunaan gawai.

Dalam pidatonya, Wong menyoroti persoalan screen time yang kini menjadi perhatian global. Menurutnya, sejumlah negara sudah mengadopsi undang-undang baru untuk membatasi akses anak-anak terhadap media sosial dan internet.

“Kami sedang mempelajari pengalaman mereka secara saksama untuk memahami apa yang benar-benar efektif. Dan kami akan mempertimbangkan apa lagi yang dapat kami lakukan untuk memperkuat keamanan daring bagi anak-anak,” kata Wong.

Wong menegaskan bahwa keresahan orangtua terhadap pengaruh teknologi sebenarnya bukan fenomena baru. Dahulu, kekhawatiran muncul pada kebiasaan menonton televisi terlalu lama. Namun, perbedaan utama pada era sekarang adalah koneksi internet yang membuat anak-anak terhubung ke dunia maya tanpa henti.

“Semua orang selalu terhubung, dan selalu dapat dijangkau melalui ponsel mereka, 24/7. Jadi, jauh lebih sulit bagi orangtua untuk menetapkan batasan, atau bahkan mengetahui apa yang dilakukan anak-anak mereka,” ujarnya.

Perdana Menteri memperingatkan bahwa keterlibatan berlebihan dalam dunia virtual dapat membawa dampak serius. Anak-anak berisiko terisolasi dari lingkungan sosial, terpapar konten berbahaya, hingga mengalami penurunan kesehatan mental serta harga diri. Karena itu, ia menekankan pentingnya menyeimbangkan perlindungan dengan kemampuan anak memanfaatkan manfaat teknologi.

Wong menyebut upaya pencegahan sebaiknya dimulai sejak dini. “Untuk bayi dan balita, sains sudah jelas, tidak boleh ada screen time sama sekali,” tegasnya. Ia juga mengingatkan orangtua untuk tidak menjadikan ponsel sebagai “pengasuh” anak hanya demi membuat mereka diam atau sibuk.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pedoman resmi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Singapura pada Januari lalu. Aturan itu menjadi bagian dari program Grow Well SG, strategi nasional untuk meningkatkan kualitas hidup sehat anak dan remaja.

Dalam panduannya, anak-anak didorong untuk menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah, melakukan aktivitas fisik, serta menjalin interaksi sosial secara langsung.

“Biarkan mereka berlarian di taman dan tempat bermain. Beri mereka ruang untuk bereksplorasi sendiri, mencoba, menerima beberapa pukulan, dan bangkit kembali,” ujar Wong. “Melalui semua itu, mereka dapat belajar, tumbuh, dan mendapatkan kepercayaan diri di dunia nyata, bukan dunia maya.”

Pesan Wong ini sekaligus menjadi peringatan bagi orangtua di Singapura, bahkan dunia, untuk lebih bijak dalam memperkenalkan teknologi kepada anak-anak. Alih-alih melarang sepenuhnya, pendekatan yang ia dorong lebih menekankan keseimbangan memanfaatkan sisi positif teknologi sambil mengurangi dampak buruknya.

Dengan langkah strategis dan pedoman yang jelas, Singapura berupaya membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga sehat secara fisik dan emosional. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional