Bom Mobil Guncang Cali, 5 Tewas dan Puluhan Luka

Bom Mobil Guncang Cali, 5 Tewas dan Puluhan Luka

CALI – Sebuah ledakan bom mobil mengguncang Kota Cali, Kolombia, Kamis (21/08/2025) waktu setempat. Ledakan yang terjadi di jalan ramai dekat Pangkalan Udara Marco Fidel Suarez itu menewaskan sedikitnya lima orang serta melukai 36 orang lainnya. Insiden tersebut segera menimbulkan kepanikan luas di tengah masyarakat, sekaligus memunculkan kembali bayangan kelam konflik bersenjata di negeri itu.

Menurut keterangan kepolisian, sasaran utama ledakan adalah Sekolah Penerbangan Militer (EMAVI) yang berada di dalam kompleks pangkalan udara. Namun, hingga kini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan itu.

“Terjadi ledakan dahsyat di dekat pangkalan udara. Banyak orang terluka dan sejumlah rumah di sekitar lokasi rusak,” kata saksi mata Hector Fabio Bolanos.

Ledakan tidak hanya merusak fasilitas militer, tetapi juga menghantam kehidupan warga sipil. Beberapa bangunan dan sekolah yang berdekatan dengan lokasi kejadian langsung dievakuasi. Wali Kota Cali, Alejandro Eder, mengumumkan larangan masuk bagi truk-truk besar ke pusat kota demi mencegah kemungkinan serangan susulan. Ia bahkan menawarkan hadiah sebesar US$ 10.000 (sekitar Rp 165 juta) bagi siapa saja yang bisa memberikan informasi terkait pelaku.

Saksi lainnya, Alexis Atizabal, menyebut korban jiwa kemungkinan juga berasal dari warga sipil. “Ada orang-orang yang sedang berjalan di jalan raya lalu tewas akibat ledakan,” ungkapnya.

Pemerintah daerah pun bereaksi cepat. Gubernur Valle del Cauca, Dilian Francisca Toro, secara tegas menyebut insiden ini sebagai tindakan terorisme yang mengancam keamanan publik. Pernyataan itu menegaskan bahwa Kolombia kembali berhadapan dengan ancaman lama yang belum sepenuhnya berakhir, meski sempat mereda dalam satu dekade terakhir.

Peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya eskalasi kekerasan menjelang pemilihan presiden 2026. Pada Juni 2025 lalu, sebuah kelompok gerilya kiri mengaku bertanggung jawab atas serangkaian ledakan di Cali dan wilayah sekitarnya yang menewaskan tujuh orang. Hanya berselang beberapa jam sebelum bom mobil di Cali, delapan orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara gerilyawan dan polisi di barat laut Kolombia.

Situasi tersebut menimbulkan tekanan besar terhadap pemerintahan Presiden Gustavo Petro. Kritikus menilai pendekatannya yang dianggap terlalu lunak terhadap kelompok bersenjata justru memperburuk keadaan. Banyak pihak kini mempertanyakan efektivitas kebijakan perdamaian pemerintah, mengingat eskalasi kekerasan kian meningkat.

Ledakan di Cali juga menimbulkan trauma kolektif bagi warga yang selama bertahun-tahun menikmati masa damai pascaperang panjang dengan kelompok gerilyawan. Kekerasan bersenjata yang kembali mengemuka dikhawatirkan akan merusak stabilitas politik sekaligus menurunkan rasa percaya publik terhadap upaya pemerintah menjaga keamanan nasional.

Kondisi ini menunjukkan bahwa perdamaian di Kolombia masih rapuh. Dengan ancaman serangan yang berulang, masyarakat kembali hidup dalam ketidakpastian, sementara proses politik menjelang pemilu 2026 dibayangi krisis keamanan yang tak kunjung terselesaikan. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional