Trump Perpanjang Lagi Tenggat Penjualan TikTok

Trump Perpanjang Lagi Tenggat Penjualan TikTok

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memperpanjang batas waktu penjualan TikTok oleh ByteDance. Keputusan ini menjadi sorotan publik karena dianggap memperlihatkan tarik-ulur panjang antara kepentingan keamanan nasional dan pertimbangan politik maupun ekonomi.

TikTok, aplikasi video pendek populer yang dimiliki ByteDance asal Tiongkok, sebelumnya diwajibkan melakukan divestasi aset di Amerika Serikat menyusul kekhawatiran mengenai potensi risiko keamanan data pengguna. Namun, Trump justru melonggarkan aturan tersebut dengan alasan banyak investor Amerika yang berminat membeli TikTok.

“Saya belum berbicara dengan Presiden Xi tentang hal itu. Jadi, sampai semuanya berjalan lancar, kami hanya akan memperpanjangnya sedikit lebih lama,” ujar Trump, Sabtu (23/08/2025). Ia menambahkan, “Kami memiliki pembeli Amerika yang sangat besar yang ingin membelinya,” meski tidak menyebutkan nama perusahaan atau individu yang dimaksud.

Pemerintah AS pada 2024 telah mengesahkan undang-undang yang mewajibkan TikTok berhenti beroperasi di negara tersebut paling lambat 19 Januari 2025. Namun sejak Trump menjabat, ia berulang kali menunda pemberlakuan aturan itu. Tenggat terbaru diperpanjang hingga 17 September 2025 mendatang.

Kendati demikian, sikap Trump ini memicu kritik keras dari sejumlah anggota parlemen. Mereka menilai langkah tersebut bisa dianggap sebagai pelanggaran terhadap undang-undang yang sudah sah dan berpotensi mengabaikan ancaman keamanan nasional. Kekhawatiran utama berkisar pada dugaan bahwa data pengguna Amerika dapat diakses atau dipengaruhi oleh pemerintah Tiongkok.

Menanggapi pertanyaan soal keamanan, Trump terlihat meremehkan isu tersebut. “Saya sungguh tidak khawatir. Saya pikir ini terlalu dibesar-besarkan. Saya penggemar TikTok,” katanya. Pernyataan itu semakin menimbulkan perdebatan, sebab di saat yang sama sejumlah pejabat dan pengamat keamanan digital menegaskan risiko nyata terkait kontrol asing terhadap platform besar dengan jutaan pengguna aktif.

Sementara itu, ByteDance sendiri menghadapi dilema besar. Di satu sisi, mereka dituntut menjual aset TikTok di AS demi mematuhi hukum. Namun di sisi lain, perusahaan ini masih berharap dapat menemukan jalan tengah yang memungkinkan mereka mempertahankan sebagian kendali atas aplikasi tersebut.

Beberapa analis menilai sikap Trump lebih condong pada pertimbangan politik domestik. TikTok merupakan platform populer di kalangan generasi muda Amerika, segmen yang dinilai penting dalam perhitungan politik jelang pemilihan umum. Dengan tidak bersikap terlalu keras terhadap TikTok, Trump bisa menghindari kehilangan simpati dari kalangan pengguna muda.

Keputusan terbaru ini menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara teknologi, politik, dan keamanan. TikTok bukan sekadar aplikasi hiburan, melainkan juga medan perebutan pengaruh global antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Bagaimana kelanjutan proses penjualan atau divestasi TikTok akan menjadi salah satu isu yang terus diperhatikan hingga tenggat waktu baru yang ditetapkan. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional