Prancis–Arab Saudi Pimpin Konferensi Solusi Dua Negara di Sidang Umum PBB

Prancis–Arab Saudi Pimpin Konferensi Solusi Dua Negara di Sidang Umum PBB

PARIS – Upaya internasional untuk mencari jalan damai bagi konflik Israel–Palestina kembali digagas. Prancis dan Arab Saudi dipastikan akan memimpin sebuah konferensi tingkat tinggi di sela Sidang Majelis Umum PBB pada 22 September 2025 mendatang di New York, Amerika Serikat.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan rencana tersebut melalui akun media sosial X, Rabu (03/09/2025). “Saya baru saja berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi (Pangeran Mohammed bin Salman/MBS). Bersama-sama, kami akan memimpin Konferensi Solusi Dua Negara di New York pada 22 September 2025,” tulis Macron.

Konferensi ini bertujuan menggalang dukungan internasional yang lebih luas bagi implementasi solusi dua negara, formula yang sejak lama dipandang sebagai jalan keluar paling realistis untuk mengakhiri konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

Macron menegaskan, beberapa langkah konkret akan menjadi fokus dalam forum tersebut. “Ini akan membutuhkan penerapan gencatan senjata permanen, pembebasan semua sandera, pengiriman bantuan kemanusiaan berskala besar kepada rakyat Gaza, dan pengerahan misi stabilisasi di Gaza,” kata Macron. Ia juga menambahkan, Hamas pada akhirnya harus melucuti senjata, sementara Otoritas Palestina perlu direformasi dan diperkuat agar dapat memimpin pemerintahan yang lebih stabil.

Momentum konferensi ini datang di tengah meningkatnya dukungan internasional terhadap pengakuan negara Palestina. Hingga kini, 147 dari 193 anggota Majelis Umum PBB telah mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Sejak 2014, 10 negara tambahan termasuk Irlandia, Norwegia, Spanyol, dan Armenia telah resmi mengakui Palestina.

Gelombang pengakuan itu diperkirakan terus bertambah. Pada sidang mendatang, sejumlah negara Barat seperti Prancis, Inggris, Kanada, Australia, hingga Belgia dikabarkan siap menambahkan dukungan mereka. Langkah tersebut dinilai akan memberi tekanan politik yang lebih besar kepada Israel untuk menerima kerangka solusi dua negara.

Arab Saudi, yang dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan peran diplomasi regionalnya, dinilai akan memberi bobot signifikan pada konferensi tersebut. Kehadiran Riyadh sebagai tuan rumah bersama Paris dianggap mampu menjembatani kepentingan negara-negara Barat dengan dunia Arab, yang selama ini kritis terhadap kebijakan Israel di wilayah Palestina.

Konferensi ini sekaligus menjadi ujian bagi komunitas internasional, apakah dukungan simbolis terhadap Palestina dapat berubah menjadi langkah nyata yang mendorong perdamaian permanen. Dengan latar belakang konflik yang terus memakan korban jiwa di Gaza dan Tepi Barat, pertemuan pada 22 September 2025 mendatang dipandang sebagai kesempatan penting untuk membuka kembali jalur diplomasi yang selama bertahun-tahun mengalami kebuntuan. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional