YERUSALEM – Suasana pagi di ibu kota Israel mendadak berubah mencekam setelah penembakan massal terjadi di sebuah halte bus di persimpangan utama pintu masuk Yerusalem utara, Senin (08/09/2025). Paramedis Israel melaporkan sedikitnya enam orang tewas dan 15 lainnya luka-luka, dengan enam korban dalam kondisi kritis.
Menurut keterangan polisi, serangan dilakukan oleh dua pria bersenjata yang melepaskan tembakan ke arah warga yang menunggu bus. Media setempat menyebut, para penyerang bahkan sempat naik ke dalam bus dan melanjutkan tembakan secara brutal. Peristiwa itu memicu kepanikan massal di tengah jam sibuk, membuat puluhan orang berlarian menyelamatkan diri.
“Kami menemukan korban tergeletak di jalan dengan luka tembak, sementara pecahan kaca berserakan di sekitar halte. Situasinya kacau, orang-orang berteriak dan banyak yang tidak sadarkan diri,” ujar seorang petugas medis yang berada di lokasi.
Polisi Israel mengonfirmasi bahwa penyerang akhirnya berhasil dilumpuhkan oleh aparat keamanan dan seorang warga sipil bersenjata. Namun, hingga berita ini diturunkan, pihak berwenang belum merilis identitas kedua pelaku.
Lokasi penyerangan berada di jalur utama yang menghubungkan Yerusalem dengan kawasan permukiman Yahudi di Yerusalem timur. Kawasan ini kerap menjadi titik ketegangan karena posisinya yang strategis dan berdekatan dengan wilayah pendudukan.
Serangan kali ini disebut sebagai yang paling mematikan sejak 2023, ketika seorang pria Palestina menewaskan tujuh orang di dekat sebuah sinagoge. Meski Hamas tidak menyatakan bertanggung jawab, kelompok itu merilis pernyataan yang menyambut serangan di Yerusalem tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, langsung meninjau lokasi bersama Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir. Ia menegaskan bahwa negaranya masih berada dalam kondisi perang.
“Kami sedang berperang. Perang terus berlanjut di Jalur Gaza, dan sayangnya, juga di Yerusalem. Di Yudea dan Samaria (Tepi Barat), kami telah menggagalkan ratusan serangan tahun ini, tetapi sayangnya, tidak hari ini,” ujarnya.
Netanyahu dijadwalkan hadir di pengadilan pada hari yang sama untuk menghadiri sidang kasus korupsi, namun agenda itu dibatalkan demi menangani insiden penembakan.
Sejak awal 2025 hingga Juli 2025, sedikitnya 49 warga Israel tewas akibat serangan individu Palestina. Namun, di sisi lain, pasukan Israel bersama kelompok pemukim ekstremis juga telah menewaskan lebih dari 968 warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Rangkaian data ini memperlihatkan eskalasi kekerasan yang terus meningkat, terutama sejak operasi militer di Gaza yang memicu lonjakan aksi balasan di berbagai kota. Tragedi di halte bus Yerusalem menjadi gambaran nyata bahwa spiral kekerasan belum menunjukkan tanda mereda, dengan warga sipil kembali menjadi korban utama. []
Diyan Febriana Citra.