JAKARTA – Hubungan antara Washington dan Beijing kembali menjadi sorotan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan melakukan percakapan telepon dengan Presiden China Xi Jinping pada Jumat (19/09/2025) mendatang. Agenda utama pembicaraan adalah penyelesaian kesepakatan terkait masa depan platform media sosial TikTok, yang selama ini menjadi titik panas dalam ketegangan teknologi antara dua kekuatan besar dunia tersebut.
Trump mengumumkan rencana panggilan telepon itu melalui platform Truth Social. “Saya akan berbicara dengan Presiden Xi pada hari Jumat,” tulisnya, Selasa (16/09/2025). Ia menambahkan, “Pertemuan terakhir berjalan SANGAT BAIK! dan akan segera berakhir,” menandakan optimisme atas kesepakatan yang tengah digodok.
Trump juga menyebut bahwa kesepakatan melibatkan perusahaan tertentu yang menurutnya sangat ingin diselamatkan oleh anak muda Amerika. Namun, ia tidak merinci lebih jauh mengenai pihak yang dimaksud.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menilai percakapan antara Trump dan Xi bakal menjadi tahap penentuan. “Kedua belah pihak telah menyetujui kerangka kerja untuk kesepakatan TikTok, dan panggilan telepon Trump dengan Xi akan menyelesaikannya,” ujarnya di Madrid.
Sebelumnya, delegasi AS dan China telah menggelar pertemuan di Spanyol yang menghasilkan konsensus dasar terkait sejumlah isu perdagangan, termasuk perdebatan mengenai TikTok. Negosiator perdagangan utama China, Li Chenggang, menegaskan Beijing tetap teguh pada prinsipnya.
“Beijing tidak akan pernah berusaha mencapai kesepakatan apa pun dengan mengorbankan prinsipnya, kepentingan perusahaan, serta keadilan dan kesetaraan internasional,” kata Li.
Isu TikTok menjadi krusial karena terkait langsung dengan tenggat waktu divestasi yang ditetapkan Washington. Sesuai undang-undang AS, induk usaha TikTok, ByteDance, wajib melepas kepemilikan sahamnya pada Januari 2025. Jika tidak, aplikasi dengan sekitar 170 juta pengguna di Amerika itu terancam diblokir.
Washington berulang kali menuding TikTok sebagai ancaman keamanan nasional dengan alasan potensi eksploitasi data sensitif warga Amerika oleh Beijing. ByteDance membantah keras tuduhan tersebut. Sementara itu, China menilai tekanan AS terhadap TikTok sarat dengan motif politik dan proteksionisme digital.
Pertemuan tingkat tinggi ini bukan sekadar membicarakan masa depan sebuah aplikasi, tetapi juga mencerminkan dinamika persaingan global dalam ranah teknologi, ekonomi, dan politik. Keputusan akhir dari percakapan Trump dan Xi akan menjadi indikator penting arah hubungan AS–China di masa mendatang, apakah menuju kompromi atau justru membuka babak baru ketegangan. []
Diyan Febriana Citra.