JAKARTA – Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, membeberkan pemicu kerusuhan di Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan, yang pecah pada Jumat (19/9/2025). Menurutnya, peristiwa itu bermula dari masalah sepele, yakni pertikaian antarpelajar, namun kemudian berkembang hingga memicu kerusuhan yang lebih luas.
“Jadi ada pertikaian, perselisihan di antara anak-anak sekolah, ya mungkin penyelesaiannya itu kurang tuntas ya, sehingga menimbulkan pertikaian yang lebih besar,” ujar Brigjen Wahyu di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (20/9/2025).
Ia menekankan bahwa persoalan kecil yang tidak segera diselesaikan dengan bijak dapat berpotensi meluas. Dalam kasus Yalimo, konflik remaja akhirnya merembet menjadi keributan yang melibatkan masyarakat. Meski begitu, ia memastikan situasi terkini di wilayah tersebut sudah kembali terkendali.
“Jadi sekali lagi saya sampaikan untuk Yalimo saat ini situasi kondusif,” tegasnya.
Brigjen Wahyu menjelaskan, masyarakat kini telah kembali beraktivitas sebagaimana biasa. Pemerintah daerah bersama aparat keamanan juga tengah melakukan langkah pemulihan terhadap kerusakan yang ditimbulkan saat kerusuhan berlangsung.
“Saat ini dilaksanakan pembenahan-pembenahan, kerugian material yang kemarin terjadi mulai sekarang ada pembenahan, termasuk berkaitan dengan beberapa korban yang luka itu juga sudah dalam perawatan,” katanya.
Ia menambahkan, enam personel TNI AD yang sebelumnya dirawat akibat insiden tersebut telah dinyatakan pulih. Kejadian ini, menurut Wahyu, menjadi pelajaran penting mengenai betapa vitalnya komunikasi antar pihak dalam mencegah maupun meredam konflik.
“Komunikasi terutama apabila permasalahan itu sudah terjadi. Harus ada komunikasi dari pihak-pihak yang berkompeten. Itu harus ada tokoh agama atau tokoh masyarakat yang bisa dijadikan panutan, itu apabila telah terjadi,” ujarnya menekankan.
Pernyataan Kadispenad tersebut menegaskan bahwa ketegangan di Yalimo tidak terkait isu politik ataupun keamanan skala besar, melainkan berawal dari persoalan sederhana yang gagal ditangani secara tepat. Aparat berharap ke depan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pihak sekolah lebih berperan aktif dalam membangun komunikasi guna mencegah hal serupa terulang.[]
Putri Aulia Maharani