Drone Israel Hantam Lebanon, Tiga Anak Jadi Korban

Drone Israel Hantam Lebanon, Tiga Anak Jadi Korban

BEIRUT – Situasi keamanan di Lebanon kembali memanas setelah serangan drone Israel menewaskan lima orang, termasuk tiga anak-anak, di Kota Bint Jbeil, Lebanon Selatan, Minggu (21/09/2025). Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan insiden ini sebagai salah satu serangan paling mematikan yang terjadi sejak gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat (AS) diberlakukan pada November 2024 tahun lalu.

Serangan tersebut menghantam sebuah sepeda motor dan mobil di jalanan kota. Selain menewaskan lima orang, dua warga lain dilaporkan mengalami luka-luka.

Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, mengungkapkan bahwa tiga anak korban tewas merupakan warga negara Amerika Serikat bernama Celine, Hadi, dan Aseel. Ayah mereka turut meninggal, sementara sang ibu mengalami luka serius.

“Apakah masa kecil Lebanon yang menjadi ancaman eksistensial bagi Israel? Atau justru perilaku Israel, yang membunuh tanpa hukuman dan akuntabilitas, merupakan ancaman nyata bagi perdamaian serta keamanan internasional?” kata Berri, mengutuk serangan itu sebagai kejahatan terhadap anak-anak.

Militer Israel mengklaim bahwa operasi tersebut menargetkan seorang anggota Hizbullah, namun mengakui bahwa korban sipil ikut berjatuhan. Klaim ini menambah kontroversi, mengingat serangan kerap menimpa kawasan permukiman sipil di Lebanon selatan.

Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, menyebut serangan ini sebagai pembantaian baru. Ia menegaskan bahwa apa yang terjadi merupakan kejahatan terang-terangan terhadap warga sipil dan bentuk intimidasi bagi masyarakat yang mulai kembali ke desa mereka di wilayah selatan. Salam menyerukan komunitas internasional untuk mengutuk Israel atas pelanggaran berulang terhadap hukum internasional.

Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja Lebanon, Mohamad Haidar, menuding Israel dengan sengaja menargetkan warga sipil. “Rencana ini tidak akan berhasil, karena tekad masyarakat selatan lebih kuat daripada mesin kriminal,” ucapnya.

Konflik di perbatasan selatan Lebanon bukanlah hal baru. Israel berulang kali melancarkan serangan dengan dalih menghancurkan basis Hizbullah, kelompok bersenjata yang mendapat dukungan Iran. Namun, serangan ini semakin memperburuk kondisi kemanusiaan di Lebanon, terutama ketika anak-anak menjadi korban.

Upaya politik untuk mengakhiri konflik juga terus bergulir. Awal bulan ini, militer Lebanon telah menyerahkan rencana pelucutan senjata Hizbullah kepada kabinet. Namun, kelompok tersebut menegaskan tidak akan meletakkan senjata selama Israel masih menyerang Lebanon dan menduduki sebagian wilayah selatan.

Serangan yang menewaskan anak-anak ini menambah daftar panjang tragedi kemanusiaan di kawasan. Banyak pihak menilai, tanpa adanya tekanan internasional yang lebih kuat, siklus kekerasan di perbatasan Israel–Lebanon akan terus berulang. []

Diyan Febriana Citra.

Internasional