DENPASAR – Politisi Partai NasDem, Ahmad Sahroni, masih menjadi sorotan publik pasca-tragedi penjarahan yang terjadi pada akhir Agustus lalu. Kejadian tersebut tidak hanya menyisakan luka bagi masyarakat, tetapi juga meninggalkan pengalaman pahit bagi anggota DPR nonaktif tersebut.
Sahroni, yang akrab disapa dengan nama kecilnya, sempat dikabarkan meninggalkan tanah kelahirannya bersama keluarga untuk menetap di Singapura. Namun, kabar itu kemudian dibantah. Beberapa media melaporkan bahwa pada saat penjarahan berlangsung, Sahroni sebenarnya berada di rumahnya bersama tujuh orang lainnya, termasuk pembantu rumah tangga, staf, dan tamu.
Dalam pengakuannya, Sahroni memilih bersembunyi di toilet lantai empat rumahnya selama tujuh jam. Ia berinisiatif menyembunyikan diri di ruangan tanpa lampu, tanpa telepon seluler, dan dalam kondisi penuh tekanan. Ponsel pribadinya disebut turut dijarah massa.
“Baru setelah tujuh jam saya berhasil menelepon istri menggunakan telepon RT,” ujar Sahroni.
Ia menambahkan bahwa suasana saat itu sangat menegangkan. Rasa panik muncul ketika melihat kerumunan warga mendekati kediamannya. Demi menghindari pengenalan, Sahroni bahkan menghitamkan wajah dengan lumpur dari pot di atap rumah. Menurutnya, seorang pria sempat menanyakan identitasnya, dan ia mengaku sebagai pembantu rumah tangga.
Sahroni kemudian diminta tetap bersembunyi hingga situasi dianggap aman. Setelah tujuh jam bertahan di toilet, ia akhirnya berhasil keluar dengan bantuan tetangga yang menolongnya menyeberang dari lantai atas. Ketua RT setempat bahkan menutup akses ke rumah Sahroni untuk meredam amukan massa.
Peristiwa ini berimbas serius pada karier politiknya. Sahroni kehilangan jabatannya sebagai anggota DPR dan dinonaktifkan dari Partai NasDem. Hingga kini, ia memilih bungkam dan jarang muncul di media sosial.
Kisah tersebut menambah catatan panjang kontroversi seputar penanganan tragedi penjarahan, sekaligus memperlihatkan dampak besar yang dialami sejumlah tokoh politik. []
Putri Aulia Maharani