JAKARTA – Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, menekankan peran penting lembaga-lembaga pemikir (think tank) dalam memperkuat daya tahan dan posisi ASEAN di tengah dinamika global yang kian rumit. Seruan itu ia sampaikan ketika membuka 2nd ASEAN Think Tank Summit (ATTS) yang digelar di kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Kamis (02/10/2025).
Menurut Kao, think tank di kawasan Asia Tenggara harus lebih dari sekadar wadah diskusi akademis. Ia menilai lembaga-lembaga tersebut dapat menjadi motor penghasil gagasan visioner yang mampu diterjemahkan menjadi kebijakan nyata.
“Dengan menghasilkan gagasan yang konkret, visioner, dan dapat ditindaklanjuti, think tank khususnya yang berakar di kawasan ini bisa membantu ASEAN menghadapi isu-isu mendesak, sekaligus memperkuat sentralitas dan daya adaptasi ASEAN di tengah lanskap internasional yang semakin terfragmentasi dan terpolarisasi,” ujarnya.
Kao menambahkan, keyakinannya terhadap peran think tank berakar dari pengalamannya sebagai seorang pendidik. Baginya, inovasi dalam menghadapi tantangan global tidak mungkin hadir tanpa dialog yang terstruktur, berkelanjutan, dan terbuka terhadap pandangan baru. Karena itu, ia memberikan dukungan penuh terhadap keberadaan ATTS sebagai forum permanen bagi lembaga pemikir di kawasan.
“Kini setelah ATTS terbentuk, saya mendorong lembaga-lembaga pemikir yang berpartisipasi untuk melakukan lompatan intelektual, mempertanyakan ortodoksi, dan aktif melakukan diskusi serta perdebatan konstruktif soal kebijakan regional,” katanya menegaskan.
Dalam pidatonya, Kao juga menguraikan kompleksitas situasi global yang memengaruhi kawasan Asia Tenggara. Persaingan strategis antar-kekuatan besar, tekanan terhadap lembaga multilateral, hingga fragmentasi ekonomi akibat proteksionisme disebut sebagai faktor yang dapat mengancam stabilitas ASEAN.
Selain itu, tantangan lintas batas seperti perubahan iklim dan disrupsi teknologi menuntut respons kolektif, bahkan di tengah menguatnya sentimen nasionalisme di banyak negara.
“Artinya, ASEAN harus mampu menghadapi tidak hanya kompleksitas regional, tetapi juga gejolak global yang secara langsung memengaruhi keamanan, kemakmuran, serta kapasitas kita untuk terus bertumbuh dan berinovasi,” ujar Kao.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya mempererat kolaborasi antara ASEAN dengan lembaga pemikir dan pusat riset kebijakan. Menurutnya, rekomendasi yang lahir dari hasil kajian independen dapat membantu pemerintah menghindari solusi jangka pendek dan beralih pada strategi yang lebih berjangka panjang.
“Kolaborasi semacam ini dapat menghasilkan rekomendasi yang tepat waktu dan praktis guna membantu pemerintah melampaui solusi jangka pendek dan mengadopsi strategi yang visioner,” tambahnya.
Acara ATTS ini digelar oleh Singapore Institute of International Affairs (SIIA) atas nama ASEAN-ISIS, sebuah entitas yang terakreditasi dalam Piagam ASEAN. Pertemuan tersebut diharapkan menjadi forum rutin untuk menyatukan pandangan para peneliti, akademisi, dan pengambil kebijakan, agar ASEAN mampu merumuskan strategi yang relevan menghadapi perubahan global. []
Diyan Febriana Citra.