JAKARTA — Kementerian Kesehatan menegaskan seluruh warga yang terindikasi positif paparan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di Kawasan Industri Cikande, Serang, Banten, telah mendapatkan penanganan medis. Sebanyak sembilan orang yang hasil whole-body counter (WBC) menunjukkan paparan, kini dalam kondisi stabil dan tanpa gejala serius.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menyampaikan bahwa kesembilan orang tersebut langsung ditangani oleh tim medis RS Fatmawati Jakarta. “Untuk perawatannya diberikan obat prussian blue,” ujar Aji di Jakarta, Jumat (03/10/2025).
Temuan itu merupakan hasil pemeriksaan terhadap 1.562 pekerja dan warga di sekitar kawasan industri, menyusul kasus ditemukannya udang yang terpapar material radioaktif Cs-137. Pemeriksaan dilakukan secara berlapis, dimulai dari surveymeter, dekontaminasi, hingga uji darah untuk mendeteksi indikasi penurunan limfosit. Bila hasil uji menunjukkan penurunan signifikan, warga diperiksa lebih lanjut dengan WBC.
“Jika terindikasi serius, dirujuk ke RS rujukan nasional (RS Fatmawati) untuk pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut,” kata Aji.
Menurutnya, paparan Cs-137 dapat berdampak berbeda, tergantung intensitas dan durasi terpapar. Dalam jangka pendek, radiasi dapat menimbulkan mual, muntah, diare, hingga penurunan sel darah putih. Pada tingkat paparan tinggi, risiko bisa lebih fatal, termasuk perdarahan, infeksi, kerusakan organ, bahkan kematian.
Untuk jangka panjang, paparan kronis berpotensi meningkatkan risiko kanker akibat kerusakan DNA serta menurunkan daya tahan tubuh. Jika dialami ibu hamil, risiko kelainan janin juga meningkat. Meski demikian, Aji memastikan bahwa kasus yang ditemukan di Cikande masih dalam level yang bisa ditangani dengan dekontaminasi, pengobatan khusus, serta pemantauan kesehatan jangka panjang.
Pemerintah, melalui Satgas Penanganan Cs-137, segera mengambil langkah pengendalian di radius lima kilometer dari titik temuan. Langkah yang ditempuh mencakup edukasi publik, komunikasi risiko, serta pemeriksaan gratis di puskesmas atau faskes rujukan.
“Radiasi tidak bisa dilihat, didengar, atau dicium. Karena itu, pemeriksaan kesehatan sangat penting untuk mengetahui dampaknya,” jelas Aji.
Ia menekankan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti mencuci tangan, mandi setelah beraktivitas di area berisiko, menjaga asupan gizi, serta istirahat cukup. Warga juga diminta segera melapor bila mengalami keluhan seperti mual, muntah, atau lemas.
Pemerintah, lanjut Aji, telah memastikan dekontaminasi di sejumlah titik, pengamanan lokasi, serta pemantauan kesehatan jangka panjang bagi warga terdampak. Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak memberi stigma kepada korban paparan dan tetap mengedepankan solidaritas sosial.
“Tidak perlu khawatir berlebihan. Pemerintah telah melakukan dekontaminasi, pengamanan lokasi, dan penanganan medis,” tegasnya.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bahaya radiasi di kawasan industri, sekaligus momentum untuk memperkuat sistem deteksi dini serta tata kelola keamanan lingkungan. []
Diyan Febriana Citra.