Jepang di Ambang Perdana Menteri Perempuan atau Termuda

Jepang di Ambang Perdana Menteri Perempuan atau Termuda

TOKYO – Jepang tengah bersiap memasuki babak penting dalam sejarah politiknya. Partai Demokrat Liberal (LDP), partai dominan yang sudah lama memegang kendali politik Negeri Sakura, menggelar putaran kedua pemilihan ketua baru pada Sabtu (04/10/2025). Pemenang kontestasi ini hampir pasti akan menjadi perdana menteri berikutnya, menggantikan Shigeru Ishiba.

Yang membuat pemilihan kali ini menarik, dua kandidat yang tersisa sama-sama mencetak sejarah. Sanae Takaichi (64), politisi konservatif yang dikenal dengan pandangan nasionalisnya, berpeluang menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang. Di sisi lain, Shinjiro Koizumi (44), figur populer sekaligus pewaris dinasti politik, berpotensi menjadi perdana menteri termuda dalam 140 tahun terakhir, sejak Hirobumi Ito menjabat pada 1885.

Pada putaran pertama, Takaichi unggul tipis dengan 183 suara, sedangkan Koizumi meraih 164 suara. Namun, karena tidak ada yang berhasil memperoleh mayoritas, pemungutan suara dilanjutkan ke putaran kedua. Dukungan anggota parlemen diyakini akan menjadi penentu, dan peluang Koizumi disebut lebih besar.

“LDP harus membangun kembali, memulihkan kepercayaan rakyat, dan terus maju,” kata Koizumi dalam pidatonya menjelang pemungutan suara. Ia menambahkan, “Saya mungkin masih memiliki kekurangan, tetapi pemilihan ini membuktikan LDP masih memiliki kekuatan untuk melayani rakyat bangsa ini.”

Koizumi, yang kini menjabat Menteri Pertanian, menawarkan agenda ekonomi dengan penekanan pada kenaikan upah serta keringanan bagi rumah tangga terdampak inflasi. Namun, ia tetap berpegang pada disiplin fiskal, melanjutkan garis kebijakan pemerintahan sebelumnya.

Sementara itu, Takaichi membawa pendekatan yang lebih tegas. Sebagai satu-satunya perempuan dari lima kandidat awal, ia sering digadang-gadang sebagai penerus ideologi mendiang Shinzo Abe.

“Baru-baru ini, saya mendengar suara keras dari seluruh negeri yang mengatakan mereka tidak lagi tahu apa yang diperjuangkan LDP,” ujar Takaichi. Rasa urgensi itulah yang mendorong saya. Saya ingin mengubah kecemasan masyarakat tentang kehidupan sehari-hari dan masa depan mereka menjadi harapan.

Takaichi mendukung kebijakan ekonomi Abenomics dan kerap mengkritik kebijakan Bank of Japan yang mempertahankan suku bunga rendah. Ia juga menekankan perlunya revisi konstitusi pasifis Jepang serta memperkuat hubungan keamanan dengan Taiwan. Namun, sikap nasionalisnya, termasuk kebiasaan berziarah ke kuil Yasukuni, berpotensi memicu ketegangan diplomatik dengan China dan Korea Selatan.

Tak hanya soal domestik, Takaichi juga menyinggung hubungan dengan Amerika Serikat. Ia membuka kemungkinan meninjau kembali kesepakatan investasi yang dibuat bersama Presiden AS Donald Trump. Baginya, Jepang harus lebih berani menunjukkan posisi di kancah internasional dengan slogan “Jepang Kembali!”.

Apapun hasil pemilihan ini, Jepang akan mencatatkan tonggak baru. Baik Takaichi maupun Koizumi membawa simbol perubahan: seorang perempuan pertama di pucuk pimpinan, atau pemimpin muda yang mematahkan tradisi usia senior di kursi perdana menteri. Parlemen dijadwalkan melakukan pemilihan resmi pada 15 Oktober 2025. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional