Penembakan Massal Guncang Sydney, 20 Orang Terluka

Penembakan Massal Guncang Sydney, 20 Orang Terluka

SYDNEY — Kepolisian Negara Bagian New South Wales (NSW), Australia, meningkatkan pengamanan di sejumlah titik strategis setelah peristiwa penembakan massal mengguncang kawasan Inner West, Sydney, pada Minggu (05/10/2025) malam. Insiden yang menggemparkan publik ini menyebabkan sedikitnya 20 orang terluka, satu di antaranya dilaporkan dalam kondisi serius.

Pelaku, seorang pria berusia 60 tahun, diduga melepaskan 50 hingga 100 tembakan secara acak ke arah jalan raya, mobil yang melintas, hingga aparat kepolisian. Polisi memastikan, peristiwa tersebut tidak berkaitan dengan aksi terorisme atau jaringan kriminal terorganisasi.

Seorang saksi mata, Joe Azar, yang tengah berada di seberang lokasi kejadian, mengaku awalnya mengira suara tembakan berasal dari kembang api. “Parahnya, kaca depan mobil seseorang tiba-tiba pecah, lalu kaca halte bus juga hancur,” ujarnya kepada The Sydney Morning Herald. “Saat itu baru terasa seperti mimpi buruk yang nyata. Semuanya terjadi begitu cepat, saya bahkan tak bisa memahami apa yang sedang berlangsung,” tambahnya.

Petugas kepolisian dalam jumlah besar segera diterjunkan untuk mengepung area kejadian. Setelah penyisiran selama beberapa jam, polisi berhasil menangkap pelaku di sebuah unit di atas toko tak jauh dari lokasi. Dua senapan disita dari tempat kejadian. Pelaku sempat mengalami luka saat proses penangkapan dan kini dirawat di rumah sakit. Hingga Senin (06/10/2025), pihak kepolisian belum menetapkan dakwaan resmi.

Menurut Komisaris Polisi NSW Mal Lanyon, insiden ini tergolong sangat serius dan mengguncang rasa aman masyarakat Sydney. “Kami memastikan bahwa ini bukan serangan teroris, namun tetap merupakan peristiwa yang menakutkan bagi warga,” ujarnya.

Sebanyak 19 korban lainnya mengalami luka akibat pecahan kaca dan serpihan logam. Beberapa harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit setempat. Seorang saksi lain, Tadgh, kepada ABC mengatakan bahwa ia tengah menonton pertandingan rugby ketika mendengar deretan suara tembakan bertubi-tubi.

Penembakan massal seperti ini tergolong jarang terjadi di Australia, negara yang memiliki regulasi senjata api paling ketat di dunia. Sejak tragedi Port Arthur di Tasmania tahun 1996, pemerintah Australia melarang penggunaan senjata otomatis dan semiotomatis.

Meski begitu, dalam beberapa tahun terakhir, insiden kekerasan bersenjata sporadis masih terjadi. Pada Agustus 2025, seorang tersangka bernama Dezi Freeman buron setelah diduga menembak mati dua polisi di wilayah pedalaman. Kasus tersebut masih belum tuntas hingga kini.

Pihak berwenang mengimbau masyarakat tetap waspada, namun tidak panik, seraya menegaskan bahwa aparat keamanan telah mengendalikan situasi dan terus menyelidiki motif di balik aksi brutal yang mengguncang jantung Sydney tersebut. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional