JAKARTA – Presiden FIFA Gianni Infantino kembali menggulirkan wacana besar dalam tata kelola sepak bola dunia. Ia menilai, sudah saatnya dunia sepak bola keluar dari pola lama yang selalu menempatkan turnamen utama seperti Piala Dunia hanya pada musim panas di belahan bumi utara.
Menurut Infantino, pendekatan tersebut tidak lagi relevan dengan kondisi global saat ini yang menuntut pemerataan partisipasi dan penyesuaian iklim di berbagai wilayah.
“Jika kita ingin bermain pada waktu yang sama di seluruh dunia, maka kita bisa bermain pada Maret atau Oktober, karena pada Desember tidak semua wilayah bisa bermain, dan pada Juli juga ada bagian dunia yang tidak memungkinkan,” ujar Infantino dalam pidatonya di Sidang Umum Klub Sepak Bola Eropa di Roma, dikutip dari New York Times, Jumat (10/10/2025).
Pernyataan itu muncul di tengah perdebatan panjang soal kalender kompetisi internasional, terutama setelah Piala Dunia 2022 di Qatar digelar pada November–Desember pertama kalinya di luar tradisi musim panas. Meskipun keputusan itu sempat memicu kontroversi karena mengganggu liga domestik Eropa, banyak yang menilai jadwal tersebut menghasilkan turnamen dengan pemain yang tampil lebih segar.
Namun, pergeseran jadwal tampaknya bukan sekadar pengecualian. Dengan Arab Saudi terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, turnamen besar itu kemungkinan kembali diadakan pada musim dingin, bahkan bisa bergeser ke awal 2035 untuk menghindari bertepatan dengan bulan Ramadan.
Infantino menegaskan bahwa FIFA telah membuka ruang dialog dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menentukan waktu yang paling ideal bagi turnamen besar.
“Kami sudah membahasnya dengan semua orang, sepanjang waktu. Ini bukan hanya tentang satu Piala Dunia, melainkan refleksi umum,” katanya.
Ia juga menyoroti bahwa iklim ekstrem bukan hanya terjadi di Timur Tengah. “Bahkan bermain di beberapa negara Eropa pada Juli sangat panas. Jadi mungkin kita perlu memikirkan bulan terbaik untuk bermain sepak bola, seperti Juni di Eropa. Bulan itu jarang digunakan, bukan? Mungkin ada cara untuk mengoptimalkan kalender, dan kami sedang membahasnya. Kita hanya perlu berpikiran terbuka,” ucapnya.
Sementara itu, perdebatan soal penjadwalan global juga dipicu oleh keberatan sejumlah liga dan asosiasi pemain terhadap kalender FIFA yang dianggap terlalu padat. Beberapa di antaranya menilai FIFA kurang melakukan konsultasi ketika menetapkan jadwal Piala Dunia Antarklub pada Juni dan Juli, yang beririsan dengan persiapan musim baru kompetisi domestik Eropa.
Menanggapi hal itu, FIFA menegaskan bahwa seluruh kebijakan telah melalui proses konsultasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk FIFPro dan asosiasi liga.
Dengan padatnya agenda sepak bola internasional hingga 2030, pernyataan Infantino seolah menjadi sinyal bahwa perubahan kalender global bisa menjadi langkah besar berikutnya dalam evolusi sepak bola modern. []
Diyan Febriana Citra.