Trump Naikkan Tarif China 100 Persen, Dunia Cemas Perang Dagang Baru

Trump Naikkan Tarif China 100 Persen, Dunia Cemas Perang Dagang Baru

WASHINGTON — Ketegangan perdagangan global kembali meningkat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif tambahan sebesar 100 persen terhadap China. Langkah tersebut dinilai sebagai pukulan besar bagi hubungan ekonomi dua negara dengan kekuatan terbesar di dunia itu, sekaligus memunculkan kembali bayangan perang dagang yang sempat reda beberapa tahun terakhir.

Dalam pernyataannya yang dirilis melalui platform Truth Social, Trump menyebut langkah itu sebagai bentuk “pembalasan atas tindakan luar biasa agresif” dari Beijing. Tarif baru ini akan mulai diberlakukan pada 1 November 2025 dan mencakup sejumlah produk penting asal China, termasuk perangkat teknologi serta komponen industri strategis.

“Mustahil dipercaya Tiongkok akan mengambil tindakan seperti itu, tetapi mereka telah melakukannya, dan sisanya adalah sejarah,” tulis Trump.

Kebijakan itu disertai dengan rencana pengendalian ekspor Amerika Serikat terhadap semua perangkat lunak penting yang dianggap berpotensi memperkuat dominasi teknologi China. Sontak, pasar saham dunia bereaksi negatif. Indeks Nasdaq merosot 3,6 persen, sementara S&P 500 turun 2,7 persen dalam satu hari perdagangan, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap memburuknya hubungan ekonomi dua negara.

Saat ini, barang-barang asal China sudah dikenai tarif sebesar 30 persen oleh pemerintah AS. Namun Trump menilai kebijakan lama itu tidak lagi cukup. Ia menuding Beijing melakukan praktik dagang tidak adil dan membantu perdagangan ilegal fentanil narkotika yang menyebabkan krisis kesehatan di Amerika.

Sebelum pengumuman itu, Trump menuduh China mengirim surat ke berbagai negara untuk menjelaskan kontrol ekspor atas mineral tanah jarang. Elemen tersebut sangat vital dalam produksi ponsel pintar, kendaraan listrik, perangkat keras militer, dan teknologi energi hijau. “Tidak mungkin Tiongkok dibiarkan ‘menawan dunia’,” ujarnya, menyebut langkah Beijing “sangat bermusuhan.”

Krisis diplomatik ini juga mengancam pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping dalam forum KTT APEC yang dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan akhir bulan ini. Trump bahkan menyatakan kemungkinan membatalkan pertemuan tersebut.

“Saya seharusnya bertemu Presiden Xi dalam dua minggu, di APEC, di Korea Selatan, tetapi sekarang tampaknya tidak ada alasan untuk melakukannya,” tulisnya.

Namun kepada wartawan di Gedung Putih, Trump menegaskan belum ada keputusan akhir. “Saya belum membatalkannya, tetapi saya tidak tahu apakah kita akan mengadakannya. Tetapi saya akan tetap hadir, jadi saya berasumsi kita mungkin akan mengadakannya,” katanya.

Pengamat ekonomi memperingatkan, kebijakan proteksionis Trump kali ini bisa mengganggu rantai pasok global dan memperburuk tensi geopolitik di Asia Timur, terutama di tengah ketergantungan dunia terhadap bahan baku dan manufaktur China. []

Diyan Febriana Citra.

Internasional